Rabu 05 Oct 2022 10:45 WIB

Rupiah Dibuka Menguat Rp 15.150 per Dolar AS, Diproyeksi Hanya Sementara

Analis menyebut penguatan rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi kebijakan di Inggris

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah kembali menembus level Rp15.300 pada perdagangan Selasa (4/10) siang, dimana sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah mulai melandainya nilai dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat pada perdagangan Rabu (5/10). Di pasar spot, mata uang garuda menanjak ke posisi Rp 15.150 per dolar AS atau menguat 0,62 persen dari penutupan kemarin. Sementara indeks dolar AS jatuh hingga 1,5 persen ke posisi 110.06.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah kembali menembus level Rp15.300 pada perdagangan Selasa (4/10) siang, dimana sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah mulai melandainya nilai dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat pada perdagangan Rabu (5/10). Di pasar spot, mata uang garuda menanjak ke posisi Rp 15.150 per dolar AS atau menguat 0,62 persen dari penutupan kemarin. Sementara indeks dolar AS jatuh hingga 1,5 persen ke posisi 110.06.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat pada perdagangan Rabu (5/10). Di pasar spot, mata uang garuda menanjak ke posisi Rp 15.150 per dolar AS atau menguat 0,62 persen dari penutupan kemarin. Sementara indeks dolar AS jatuh hingga 1,5 persen ke posisi 110.06.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah mengalami penguatan disebabkan data eksternal yang kuat terutama pajak untuk pengusaha yang disahkan oleh parlemen Inggris. Ini menandakan terjadinya reformasi secara besar-besaran di Inggris walaupun PDB kuartal ketiga tidak terjadi kontraksi.

"Data ini menunjukkan Inggris dalam kondisi aman meskipun inflasi berada di level tinggi mencapai 10 persen. Ada harapan Bank of England masih akan terus menaikkan suku bunga," jelas Ibrahim dikutip Rabu (5/10). 

Data eksternal lainnya yang mempengaruhi penguatan rupiah dan pelemahan indeks dolar AS yaitu tingkat inflasi di Uni Eropa yang menyentuh 10 persen. Kondisi ini mengindikasikan bank sentral Eropa kemungkinan besar akan melakukan pengetatan secara agresif. 

"Ini yang membuat indeks dolar mengalami pelemahan," kata Ibrahim. Di sisi lain, pergerakan rupiah juga mendapat pengaruh dari sentimen dalam negeri. Salah satunya inflasi bulan September 2022 yang tidak sesuai dengan ekspektasi. 

Analis memperkirakan inflasi bulan September 2022 akan mencapai 1,2 persen, namun kenyatannya hanya 1,17 persen. Data tersebut mengindikasi bahwa upaya pemerintah menekan laju inflasi membuahkan hasil. Hal ini membuat rupiah kembali mengalami penguatan. 

Meski demikian, Ibrahim melihat penguatan rupiah hanya bersifat sementara. Dia memperkirakan rupiah masih berpotensi mengalami pelemahan sekitar 50-60 bps pada perdagangan hari ini. Secara jangka menengah dan panjang, indeks dolar AS diperkirakan masih akan kuat. 

"The Fed pada minggu ini juga akan melakukan pertemuan untuk membahas kenaikan suku bunga. Di sisi lain, inflasi AS di bulan September 2022 kemungkinan 8,5 persen. Itu yang membawa indeks dolar AS kemungkinan kembali ke 116," tutup Ibrahim.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement