Kamis 06 Oct 2022 05:15 WIB

Pakar Sastra Bahas Pelestarian Warisan di Pameran Buku Saudi

Pakar sastra diharapkan membantu memperkuat posisi Kerajaan di peta warisan global.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Pameran buku internasional Riyadh
Foto: Saudigazette
Pameran buku internasional Riyadh

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pakar sastra dari seluruh dunia tengah berkumpul di Arab Saudi. Para pakar diharapkan bisa membantu memperkuat posisi Kerajaan di peta warisan global.

Penulis, penerbit dan penerjemah termasuk di antara delegasi yang ambil bagian dalam acara dan sesi diskusi yang diadakan Pameran Buku Internasional Riyadh. Kegiatan tersebut berlangsung di Riyadh Front hingga 8 Oktober nanti.

Program pameran ini mencakup beberapa agenda, termasuk dialog, kuliah interaktif, dan lokakarya yang mencakup seni, membaca, menulis, menerbitkan, pembuatan buku dan penerjemahan.

Chief Executive Officer Komisi Sastra, Penerbitan dan Penerjemahan, Dr. Mohammed Alwan, mengatakan acara tersebut memberikan kontribusi signifikan bagi kancah sastra Saudi dan memainkan peran penting dalam kebangkitan sastra, budaya, sains dan seni di Kerajaan.

Dia juga menggambarkan pameran itu sebagai jembatan budaya untuk memahami orang lain, sekaligus menjadi kontributor utama gerakan budaya nasional. Di hari kelima pameran, dilakukan eam diskusi panel, salah satunya berjudul “Arab Saudi di peta warisan dunia.”

Penemuan arkeologi Saudi baru-baru ini menarik perhatian internasional. Para ahli banyak yang muncul untuk berbicara tentang kemampuan masa depan Kerajaan, komponen dan statusnya, yang berkembang sebagai pemimpin global dalam pelestarian warisan.

Seorang profesor riset perguruan tinggi di fakultas sastra dan ilmu manusia di ibu kota Maroko, Rabat, Ibrahim Aglan, mengatakan budaya memiliki banyak segi. “Ini adalah cara hidup, cara untuk meningkatkan kedudukan internasional Kerajaan dan kemakmuran ekonomi,” ucap dia dikutip di Arab News, Rabu (5/10/2022).

Manajer umum Saudi Heritage Preservation Society, Rehaf Gassas, mengatakan masyarakat dianggap sebagai lengan badan dan lembaga pemerintah, dalam melestarikan warisan dan mengimplementasikan proyek khusus di bidang ini.

“Apa pun yang kami lakukan sebagai peneliti, komunitas tetap menjadi satu-satunya pemilik warisan. Mereka harus mengetahui bagaimana warisan itu mengalir dan berubah dari generasi ke generasi, dan bagaimana hal itu dipraktikkan,” lanjutnya.

Manajer umum warisan takbenda Kementerian Kebudayaan Saudi, Ebtisam Al-Wehaibi, di momen yang sama mengatakan kepada para delegasi bahwa tujuan utamanya adalah komunikasi antar masyarakat. Sebuah hal yang menakjubkan bisa mengenal budaya dan warisan orang lain dan menciptakan dialog alih-alih mencari perbedaan, semuanya mencari persamaan.

Al-Wehaibi mencatat Arab Saudi termasuk di antara 20 negara yang berkumpul setelah Perang Dunia II untuk mendirikan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Pada 2020, Kerajaan disebut bergabung dengan dewan eksekutif UNESCO dan Komite Warisan Dunia.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

(QS. Al-Kahf ayat 29)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement