REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Uganda pada Rabu (5/10/2022) mengonfirmasi kematian seorang petugas kesehatan karena terpapar virus ebola. Dengan kematian tersebut, jumlah kematian akibat ebola menular menjadi 10.
Menteri Kesehatan Jane Ruth Aceng Ocero mengatakan, seorang petugas anestesi berusia 58 tahun telah meninggal karena ebola pada Rabu pagi. Dia adalah petugas kesehatan keempat yang meninggal dunia akibat ebola. Sebelumnya, seorang dokter Tanzania, asisten kesehatan, dan seorang bidan meninggal dunia akibat terinfeksi ebola.
“Margaret adalah petugas kesehatan keempat yang meninggal dunia dalam wabah ebola saat ini,” ujar Ocero dilansir Al Arabiya, Rabu (5/10/2022).
Menurut data Kementerian Kesehatan pada Senin (3/10/2022), total kasus ebola yang diidentifikasi di Uganda mencapai 43. Wabah ebola awalnya ditemukan di distrik pusat Mubende. Sejak itu infeksi telah ditemukan di Kassanda, Kyegegwa, dan Kagadi.
Presiden Uganda, Yoweri Museveni, telah berjanji tidak memberlakukan penguncian untuk mengatasi wabah ebola. Pekan lalu, dia mengatakan warga tidak perlu cemas dengan wabah ebola. Museveni mengatakan sekitar 19 orang lainnya yang diklasifikasikan sebagai kemungkinan kasus Ebola juga telah meninggal. Mereka dikuburkan sebelum diuji untuk mengidentifikasi ebola.
Ebola adalah virus mematikan yang namanya diambil dari sebuah sungai di Republik Demokratik Kongo (DRC). Virus ini ditemukan pada 1976.
Virus ebola menular pada manusia melalui cairan tubuh dengan gejala utama demam, muntah, pendarahan, dan diare. Wabah ini sulit dikendalikan, terutama di lingkungan perkotaan.
Orang yang terinfeksi tidak menularkan virus sampai gejala muncul, yaitu setelah masa inkubasi antara dua dan 21 hari. Saat ini tidak ada obat berlisensi untuk mencegah atau mengobati ebola, meskipun berbagai obat eksperimental sedang dikembangkan.
Uganda telah mengalami beberapa wabah ebola. Negara tersebut terakhir kali mengalami wabah ebola pada 2019 dengan kematian sebanyak lima orang.
Epidemi ebola terburuk di Afrika Barat terjadi antara 2013 dan 2016, yang menewaskan lebih dari 11.300. DRC telah memiliki lebih dari selusin epidemi ebola. Epidemi yang paling mematikan terjadi pada 2020 dengan jumlah kematian mencapai 2.280.