Surabaya Mulai Terapkan UMKM Berbasis Produk Lingkungan
Red: Yusuf Assidiq
Warga kelompok UMKM membuat keripik bayam di Rumah kelompok kegiatan Joss Gandos, di Bantaran Sungai Jambangan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (25/9/2019). | Foto: Antara/Galih Pradipta
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya menekankan pentingnya menerapkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis produk lingkungan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan hal itu bisa mendorong peningkatan ekonomi kerakyatan.
"Tidak dari pengolahan sampah saja, melainkan bisa melalui pengolahan lingkungan. Bisa juga melalui UMKM yang berbasis pada produk lingkungan," katanya, Rabu (5/10/2022).
Untuk itu, kata dia, DLH Surabaya dalam pekan ini telah menggelar workshop tentang UMKM Ekonomi Kerakyatan Berbasis Lingkungan kepada 150 peserta yang lolos seleksi program Surabaya Smart City (SSC) 2022.
Menurut Hebi, pihaknya juga akan memberikan nilai tambah kepada para peserta SSC 2022 dengan memberikan sosialisasi penerapan larangan penggunaan kantong plastik. Oleh karena itu, dia mengimbau para peserta bisa berinovasi pada peningkatan potensi ekonomi berbasis lingkungan.
"Artinya, harus bisa memiliki kemampuan untuk membangkitkan ekonomi. Seperti saat kegiatan Program Kampung Iklim (Proklim) adalah yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan kegiatan perekonomian," ujar dia.
Hebi berharap 150 RW yang telah dinyatakan lolos pada tahapan penilaian kedua SSC 2022, bahwa poin penilaian selanjutnya berfokus pada ekonomi kerakyatan.
"Kalau sudah ada bisa dibesarkan atau dikembangkan berbasis dengan lingkungan. Jangan berbisnis jika tidak memperhatikan lingkungan," kata dia.
Hebi mencontohkan, pada salah satu inovasi kegiatan Program Kampung Iklim (Proklim) di kawasan Kelurahan Kebonsari yang telah melakukan pemilahan sampah pada usaha katering, yaitu melakukan pemilahan sampah organik dan nonorganik untuk kemudian dilakukan pengolahan sampah.
"Sisa makanan tadi dibuat untuk menjadi eco enzyme, budi daya maggot, untuk pakan ternak dan sebagainya. Maka, saya menganjurkan masyarakat untuk mengonsumsi makanan secukupnya agar tidak menimbulkan sampah organik yang berlebihan," ujarnya.
Di sisi lain, DLH Surabaya saat ini tengah merancang skema mengenai program padat karya berbasis dengan potensi pengembangan lingkungan.
"Sudah ada 180 orang yang hendak mendaftar untuk pembibitan tanaman. Tetapi saya sedang mengajukan untuk bisnis tanaman, mulai dari perawatan tanaman, penjualan bibit, kompos, serta cara merangkai tanaman," jelasnya.