REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran menjelaskan, Allah SWT akan menimpakan azab yang dekat dan tampak di dunia sebelum azab yang besar di akhirat kepada orang-orang durhaka.
Alasan Allah SWT menurunkan azab yang dekat di dunia agar mereka kembali ke jalan yang benar. Inilah bentuk kasih sayang Allah SWT kepada manusia, bahkan kepada yang durhaka. Hal ini dijelaskan dalam tafsir Surah As Sajdah Ayat 21.
وَلَنُذِيْقَنَّهُمْ مِّنَ الْعَذَابِ الْاَدْنٰى دُوْنَ الْعَذَابِ الْاَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Kami pasti akan menimpakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat) agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS As Sajdah ayat 21)
Ayat ini mengandung arti, sebelum mendapat azab di akhirat, orang-orang kafir itu sebenarnya sudah tertimpa azab di dunia.
Pasti Allah SWT timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat, yakni di dunia, berupa bermacam musibah sebelum azab yang lebih besar di akhirat nanti.
Itu semua Allah SWT timpakan agar mereka kembali ke jalan yang benar. Inilah bentuk kasih sayang Allah SWT kepada manusia, bahkan yang durhaka. Allah SWT sudah memberi peringatan, tetapi mereka tidak menyadari.
Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa sebenarnya orang-orang kafir itu sewaktu masih hidup di dunia telah diazab Allah SWT dengan berbagai macam azab, baik yang tampak maupun yang hanya dapat dirasakan mereka.
Siksaan bagi mereka di dunia disebut dengan azab yang dekat, sedangkan siksaan di akhirat disebut azab yang lebih besar.
Banyak cobaan-cobaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia selama hidup di dunia, sejak dari cobaan yang kecil sampai cobaan yang paling besar. Bisa juga dalam bentuk kemewahan lahiriah sampai kemiskinan dan kesengsaraan.
Seorang yang kaya, tetapi tidak dilandasi dengan iman kepada Allah SWT, hatinya selalu was-was dan khawatir.
Selalu berpikir mungkin ada orang yang akan merampas kekayaannya itu atau ada ahli waris yang hendak membunuhnya agar memperoleh kekayaan itu.
Seorang penguasa yang tidak beriman selalu khawatir kekuasaannya akan pindah kepada orang lain. Kalau perlu, kekuasaan itu dipertahankan dengan tangan besi dan kekerasan.
Kekhawatiran seperti ini pernah terjadi pada Firaun di kala tukang-tukang sihirnya dikalahkan Nabi Musa alaihissalam. Allah SWT berfirman:
قَالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ ۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَىٰ
“Dia (Firaun) berkata, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang, dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya." (QS Thaha ayat 71).
Banyak penguasa-penguasa yang bersikap seperti Firaun. Mereka mengira bahwa merekalah yang memiliki semuanya dan merekalah yang paling berkuasa.
Sebenarnya Allah SWT memberikan cobaan-cobaan dari azab duniawi itu agar semuanya menjadi pelajaran bagi orang-orang kafir itu.
Hal ini bertujuan agar mereka mau beriman, beramal saleh, dan mudah-mudahan kembali ke jalan yang benar.
Biarlah mereka menanggung siksa yang ringan di dunia ini asal di akhirat nanti mereka terhindar dari siksa yang amat berat.