REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bersama Chairman of the Board & CEO Freeport Mc-MoRan Richard C Adkerson melanjutkan kembali rangkaian kegiatan orasi ilmiah. Kali ini dilakukan di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (5/10).
Dalam kesempatan itu, Bahlil menjelaskan kondisi perekonomian global sedang tidak stabil. Maka menurutnya, Indonesia perlu berhati-hati.
Ia menilai, kepemimpinan Presiden Joko Widodo saat ini perlu disyukuri karena mampu mengantarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik dibandingkan berbagai negara G20 lainnya. “Dunia sedang menyaksikan pertarungan leadership dari masing-masing negara. Karena isunya cuma dua, yaitu pengendalian Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Semua Kepala Negara sedang memikirkan bagaimana menyelesaikan pandemi Covid-19 dan pulih pascapandemi,” ujarnya.
Dirinya pun memberikan gambaran besar mengenai ekonomi global dikaitkan dengan ekonomi nasional yang berujung pada strategi pemerintah dalam mendorong penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi industri. Indonesia telah melakukan perubahan struktural pondasi ekonomi, yang sebelumnya mengekspor bahan mentah menjadi ekspor barang jadi dengan adanya penciptaan nilai tambah.
“Saya mau hilirisasi ini terjadi tetapi juga berdampak pada kearifan lokal. Setiap investor yang melakukan hilirisasi wajib hukumnya berkolaborasi dengan pengusaha daerah. Kita dorong kawasan pertumbuhan ekonomi baru, peluang menjadi pengusaha lebih lebar,” tegas Bahlil.
Terkait kebijakan hilirisasi industri yang diusung oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini, Richard menyampaikan, PT FI berkomitmen mendukung program tersebut dengan membangun smelter single line yang berlokasi di Kawasan Industri JIIPE (Java Integrated Industrial and Port Estate), Gresik. Pembangunan smelter ini sudah berjalan sekitar 40 persen dan akan beroperasi pada 2024 mendatang.
“PT FI tidak pernah mengekspor barang mentah. Kami memproduksi konsentrat tembaga (copper concentrate) yang merupakan produk setengah jadi. Berbeda dengan produk lainnya, untuk tembaga, nikel, dan timah akan memiliki nilai tambah saat dilakukan hilirisasi industri,” ujar dia.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Prof Jaka Sembiring menyampaikan apresiasinya atas berlangsungnya Kuliah Tamu hari ini. Ia mengungkapkan antusiasmenya terkait topik hilirisasi yang diangkat dalam kegiatan ini.
“Terkait materi hilirisasi hari ini, ini sesuatu yang kami sangat tunggu-tunggu dan harapkan. Tidak hanya di ITB, tapi yang saya pahami, seluruh masyarakat Indonesia sebenarnya menginginkan hal ini (hilirisasi industri) bisa terjadi, terlaksana, dan terintegrasi. Kita sudah mencoba dalam waktu yang lama, tapi kita paham begitu besar hambatan, baik dari sisi permodalan maupun situasi ekonomi sekarang,” jelas dia.