REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) membuka kesempatan kepada semua pihak untuk bisa mengembangkan Blok East Natuna. Salah satu perusahaan yang tertarik masuk ke dalam blok tersebut adalah Petronas.
Perusahaan migas asal Malaysia tersebut tertarik untuk bergabung bersama PT Pertamina (Persero) untuk mengembangkan Blok dengan potensi gas yang besar. Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto menjelaskan peluang masuknya Petronas ini menjadi angin segar bagi iklim investasi di Indonesia.
"Petronas menyebutkan berminat untuk bisa masuk ke Blok East Natuna. Ini kami dorong untuk bisa negosiasi langsung ke Pertamina," ujar Dwi di Bandung, Rabu (5/10).
Blok East Natuna memiliki kandungan gas yang sangat besar, 222 Tcf initial gas-in-place (IGIP) yang membuatnya menjadi undeveloped gas field terbesar di Asia Tenggara. Namun, kandungan gas yang besar tersebut datang dengan tantangan yang juga besar, dimana kandungan CO2-nya sangat tinggi (lebih dari 70%, merupakan single accumulation CO2 terbesar di dunia). Dengan kondisi tersebut, Blok East Natuna diperkirakan memiliki sumberdaya kontingen sebesar 46 Tcf, atau hampir sama dengan total cadangan gas Indonesia (55 Tcf 2P di awal 2020).
Selain kandungan CO2 yang tinggi, tantangan lain dari pengembangan blok East Natuna adalah lokasinya yang terpencil; jarak dari Blok East Natuna ke pulau Natuna mencapai 225 km dan jarak ke Pulau Sumatera mencapai 1.000 km.
Menurut Dwi, Petronas jadi salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) paling aktif di tanah air. Beberapa proyek yang saat ini dikerjakan Petronas misalnya proyek Ketapang, Kemudian Petronas mampu realisasikan tambahan di Lapangan Bukit Tua. Kemudian baru pengembangan di Blok North Madura, ada lapangan Hidayah. Kemudian Petronas juga ada di Andaman sama Repsol.
“Kita juga akan segera dorong pengembangkan East Natuna,” ujar Dwi.