Kamis 06 Oct 2022 12:42 WIB

Relokasi Monumen 66, Cara Anies Jaga Perjuangan Generasi Terdahulu 

Monumen 66 tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sebuah kota Jakarta. 

Rep: Amri Amrullah / Red: Agus Yulianto
Pekerja menyelesaikan pemindahan monumen Tritura atau tugu 66 di Taman Menteng, Jakarta, Senin (8/8/2022). Pemprov DKI Jakarta memindahkan tugu 66 dari kawasan jalan Rasuna Said, Kuningan ke Taman Menteng karena tertutup halte busway dan terhalang stasiun LRT.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Pekerja menyelesaikan pemindahan monumen Tritura atau tugu 66 di Taman Menteng, Jakarta, Senin (8/8/2022). Pemprov DKI Jakarta memindahkan tugu 66 dari kawasan jalan Rasuna Said, Kuningan ke Taman Menteng karena tertutup halte busway dan terhalang stasiun LRT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan perpindahan atau relokasi Monumen 66 dari Kawasan Rasuna Said, Kuningan ke Taman Menteng. Relokasi Monumen 66 ini mendapat banyak apresiasi, karena menjaga dan menghargai perjuangan para mahasiswa generasi 66 dahulu, dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, relokasi Monumen 66 ini dikarenakan di lokasi lama kawasan Setia Budi, akan tertutup halte busway dan terhalang stasiun jalur LRT. Monumen 66 tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sebuah Kota Jakarta. Monumen ini bukan sekedar bangunan fisik, tetapi memiliki makna atas peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di kota tersebut.

Sebagai warga Jakarta, Fahira mengucapkan apresiasi dan menyampaikan terima kasih atas dukungan penuh dari Pemprov DKI Jakarta dalam pemindahan Monumen 66 dari kawasan Rasuna Said, Kuningan ke Taman Menteng ini. "Terima kasih tetap mengabadikan perjuangan generasi terdahulu. Semoga monumen ini menjadi inspirasi setiap generasi negeri ini,” ujar Fahira, Rabu (5/10/2022).

Jakarta sebagai epicentrum peristiwa besar, selalu jadi perhelatan politik di negeri ini. Mulai dari Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, gelombang besar Tritura yang dipelopori mahasiswa 1966, sampai reformasi 1998. Dari setiap peristiwa itu bertebaran monumen yang melambangkan perjuangan masa lalu salah satunya Monumen 66.

Menurut Fahira, yang juga putri salah satu tokoh utama penggerak Tritura atau Angkatan 66 Fahmi Idris, Monumen 66 yang pertama kali diresmikan pada 1992. Monumen ini, dibangun untuk mengenang dan menularkan inspirasi kepada setiap generasi setelahnya ada di suatu masa pada 1966, sebuah gerakan yang dimotori anak muda saat itu.

"Mereka bersatu memperjuangkan aspirasi rakyat dan demi menjaga kestabilan negara," kata Fahira.

Selain memenuhi unsur sosial, Monumen 66 ini juga memiliki fungsi estetika karena menambah keindahan kota. Menurut Fahira, penempatan Monumen 66 di taman Menteng juga merupakan pilihan yang tepat. Karena taman adalah tempat masyarakat berkumpul, tempat keluarga bercengkrama, tempat warga berinteraksi, dalam kondisi rileks dan dalam suasana harmonis.

"Dengan monumen ini, Kawasan Menteng akan tampak lebih hidup lagi," ucap Fahira. 

Namun, dari itu semua, ungkap dia, fungsi paling hakiki dari Monumen 66 ini adalah fungsi edukasi. Ini karena bisa menjadi wahana pendidikan yang efektif untuk mengenang, menjadi inspirasi bagi setiap generasi.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement