Kamis 06 Oct 2022 18:02 WIB

Pelaku Penembakan Massal di Thailand Hadiri Sidang Narkoba Sebelum Beraksi

Pelaku merupakan letnan kolonel polisi yang dipecat karena penggunaan narkoba

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Pelaku penembakan massal di Thailand menghadiri sidang pengadilan atas tuduhan narkoba sebelum melakukan aksinya
Foto: Pixabay
Pelaku penembakan massal di Thailand menghadiri sidang pengadilan atas tuduhan narkoba sebelum melakukan aksinya

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pelaku penembakan massal di Thailand menghadiri sidang pengadilan atas tuduhan narkoba sebelum melakukan aksinya pada Kamis (6/10/2022). Juru bicara polisi Thailand, Paisan Luesomboon, mengatakan kepada televisi ThaiPBS, pelaku gelisah ketika tiba di fasilitas penitipan anak dan tidak menemukan anaknya.

Pelaku kemudian melepaskan tembakan ke orang-orang yang ada di fasilitas penitipan anak tersebut, termasuk anak-anak. Paisan mengatakan, setelah melakukan serangan pelaku pulang ke rumahnya dan membunuh istri serta anaknya. Setelah itu pelaku mengakhiri hidupnya sendiri.

Baca Juga

Pelaku merupakan seorang mantan perwira polisi. Dia melepaskan tembakan ke pusat penitipan anak di Provinsi Nong Bua Lam Phu pada Kamis, sekitar pukul 12:30 waktu setempat. Sedikitnya 30 orang termasuk anak-anak tewas dalam penembakan itu.

Kolonel polisi Jakkapat Vijitraithaya mengidentifikasi pria bersenjata itu sebagai Panya Khamrab. Pelaku merupakan seorang letnan kolonel polisi yang dipecat dari kepolisian tahun lalu karena penggunaan narkoba. Jakkapat mengatakan sebanyak 23 anak dengan rentang usia dua hingga tiga tahun tewas dalam insiden penembakan massal tersebut.

Pejabat polisi setempat Chakkraphat Wichitvaidya yang mengutip saksi mengatakan, pria bersenjata itu juga terlihat memegang pisau. Pejabat distrik setempat, Jidapa Boonsom, yang bekerja di kantor terdekat pada saat itu, mengatakan kepada Reuters, sekitar 30 anak berada di pusat penitipan ketika pria bersenjata itu tiba. Jumlah anak yang dititipkan lebih sedikit dari biasanya, karena hujan lebat.

"Penembak datang sekitar waktu makan siang dan menembak empat atau lima petugas di pusat penitipan anak terlebih dahulu," kata Jidapa.

Jidapa menambahkan, di antara mereka yang ditembak adalah seorang guru yang sedang hamil delapan bulan. Pria bersenjata itu kemudian memaksa masuk ke ruangan terkunci tempat anak-anak sedang tidur. Menurut Jidapa, pelaku membunuh anak-anak di ruangan itu dengan pisau.

"Awalnya orang mengira itu kembang api," kata Jidapa.

Pembunuhan massal itu terjadi kurang dari sebulan setelah seorang perwira militer yang bertugas menembak mati dua rekannya di sebuah pangkalan pelatihan militer di Ibu Kota Bangkok.

Thailand memiliki tingkat kepemilikan senjata yang tinggi, namun penembakan massal sangat jarang terjadi.

Menurut laporan Bangkok Post, dalam satu tahun terakhir setidaknya terjadi dua kasus penembakan oleh tentara. Pada 2020, seorang tentara melepaskan tembakan selama 17 jam. Insiden ini menewaskan 29 orang dan melukai banyak orang.

Pelaku kemudian ditembak mati oleh pasukan komando. Ini adalah salah satu insiden paling mematikan di Thailand dalam beberapa tahun terakhir. Penembakan massal itu terkait dengan sengketa utang antara pria bersenjata yang diidentifikasi sebagai Sersan-Mayor Jakrapanth Thomma dengan seorang perwira senior.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement