REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand memiliki tingkat kepemilikan senjata yang tinggi dibandingkan negara-negara lain di kawasan. Angka resminya tidak termasuk banyaknya senjata ilegal yang sebagian besar dibawa dari perbatasan negara-negara tetangga yang dilanda perang selama bertahun-tahun.
Namun penembakan massal sangat jarang terjadi di negara tersebut. Menurut laporan Bangkok Post, dalam satu tahun terakhir setidaknya terjadi dua kasus penembakan oleh tentara. Pada 2020, seorang tentara melepaskan tembakan selama 17 jam. Insiden ini menewaskan 29 orang dan melukai banyak orang.
Pelaku kemudian ditembak mati oleh pasukan komando. Ini adalah salah satu insiden paling mematikan di Thailand dalam beberapa tahun terakhir. Penembakan massal itu terkait dengan sengketa utang antara pria bersenjata yang diidentifikasi sebagai Sersan-Mayor Jakrapanth Thomma dengan seorang perwira senior.
Kini, penembakan massal terjadi lagi di Thailand. Seorang mantan perwira polisi melepaskan tembakan ke pusat penitipan anak di Provinsi Nong Bua Lam Phu pada Kamis (6/10/2022), sekitar pukul 12:30 waktu setempat. Sedikitnya 30 orang termasuk anak-anak tewas dalam penembakan itu.
Kolonel polisi Jakkapat Vijitraithaya mengidentifikasi pria bersenjata itu sebagai Panya Khamrab. Pelaku merupakan seorang letnan kolonel polisi yang dipecat dari kepolisian tahun lalu karena penggunaan narkoba. Jakkapat mengatakan sebanyak 23 anak dengan rentang usia dua hingga tiga tahun tewas dalam insiden penembakan massal tersebut.
Pembunuhan massal itu terjadi kurang dari sebulan setelah seorang perwira militer yang bertugas menembak mati dua rekannya di sebuah pangkalan pelatihan militer di Ibu Kota Bangkok.