REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog meyakini cadangan beras pemerintah (CBP) akan segera bertambah hingga mencapai 1,2 juta ton pada November mendatang. Penambahan cadangan beras di Bulog menjadi fokus pemerintah saat ini untuk mengamankan pasokan dan stabilisasi harga secara nasional.
Tercatat saat ini total pasokan CBP yang tersimpan di gudang Bulog hanya 800 ribu ton. Pemerintah pun telah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah agar Bulog dapat memiliki daya tawar saat menyerap produksi gabah atau beras dari petani.
Namun, kenaikan harga itu hanya sementara hingga 30 November 2022 mendatang. Dengan kata lain, Bulog hanya memiliki waktu sekitar dua bulan untuk dapat mengoptimalisasi penyerapan gabah dari petani.
"Kita pernah dalam waktu (singkat) itu seperti itu (menyerap dalam jumlah besar). Tapi tergantung kondisi pasar, yang penting kita jaga stabilitas harga," kata Awaluddin kepada Republika.co.id, Kamis (6/10/2022).
Ia menuturkan, Bulog saat ini harus menjaga stabilisasi harga beras di tingkat konsumen agar tidak terjadi efek bias yang berakibat fatal di sektor hulu. Pasalnya, jika terdapat gejolak harga beras di hilir, di sisi hulu bisa terjadi kepanikan dan banyak terjadi spekulasi harga.
"Kalau di hilir kita jaga stabilitasnya, maka di hulu juga akan stabil, karena pasar beras itu saling terkoneksi bahkan antar wilayah. Apalagi di Jakarta," ujarnya.
Awaluddin menuturkan, pada musim panen gadu saat ini, produksi gabah memang tidak sebesar yang dihasilkan pada masa musim panen rendeng di awal tahun. Namun, biasanya kualitas gabah jauh lebih baik dan harga lebih tinggi karena bertepatan dengan musim kemarau.
Badan Pangan Nasional telah memberikan fleksibilitas HPP gabah dan beras petani lebih tinggi kepada Bulog. Hal itu agar Bulog dapat menyerap lebih banyak produksi petani dan mampu bersaing dengan para produsen beras swasta.
Harga acuan gabah kering panen (GKP) di petani oleh Bulog diatur sebesar Rp 4.450 per kg dari harga normal Rp 4.200 per kg. Begitu pula dengan harga beras Rp 8.800 per kg dari sebelumnya Rp 8.300 per kg. Fleksibilitas harga itu berlaku hingga 30 November 2022.
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso, menuturkan, menjelang akhir tahun memang selalu terdapat kecenderungan kenaikan harga karena suplai yang berkurang.
Namun, menurutnya di saat produksi terbatas, Bulog disarankan lebih fokus melepas cadangan beras ke pasar konsumen dan tidak menyerap produksi besar-besaran dari petani. Hal itu dikhawatirkan semakin meningkatkan persaingan dalam memperoleh produksi gabah dari petani.
"Mengeluarkan cadangan itu betul, tapi jangan disaat yang sama jugamembeli beras dan gabah dari lapangan, ini perlu dikritisi," ujarnya.
Ia menilai, pengisian cadangan beras di Bulog lebih baik dilakukan saat bulan-bulan produksi beras surplus beras, yakni antara Maret-Agustus. Pada periode itu, petani juga akan melepaskan cadangan produksi yang dimiliki karena adanya kebutuhan biaya untuk tahun ajaran baru sekolah.