REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin menyampaikan, penyuluh agama, penghulu, dan dai-daiyah punya peran sangat strategis dan fundamental untuk menyampaikan pesan tentang stunting. Namun dia menyadari, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi.
Dia menyebutkan, pemahaman tentang stunting masih belum baik sehingga perlu upaya bersama yang dilakukan baik bagi penyuluh, dai-daiyah, dan juga penghulu. Untuk itu, perlu ada perumusan secara bersama-sama untuk mengatasi hal tersebut.
"Ini harus kita rumuskan bersama bagaimana supaya penghulu, penyuluh, dan dai-daiyah kita bisa men-deliver itu. Kita buat rumusan strategis untuk menyampaikan pesan stunting ini," tutur dia dalam agenda daring 'Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da'i, dan Da'iyah Mendukung Percepatan Penurunan Stunting', Kamis (6/10).
Kamaruddin melanjutkan, ada lebih dari 13 tugas yang diemban oleh penyuluh agama. Peran penyuluh selain sebagai referensi rujukan umat, juga memiliki tugas bimbingan dan kepenyuluhan. Namun tantangan terberatnya adalah terkait upah bagi penyuluh agama.
Dia mengatakan, saat ini ada 45 ribu penyuluh agama dan hampir 90 persennya itu non-PNS. Mereka mendapat gaji hanya Rp 1 juta setiap bulan dan mengemban lebih dari 13 tugas utama. Terlebih, hampir seluruh tugas Kemenag itu ada di penyuluh ini. Jadi ini bukan tugas yang mudah," ujarnya.
Meski ada tantangan, Kamaruddin menambahkan, ada peluang dalam melakukan percepatan penurunan stunting. Kemenag telah melakukan bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dari kerja sama ini, seluruh calon pengantin harus mendapat bimbingan perkawinan. Salah satunya ialah pemahaman tentang stunting.