REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Guru Besar Sosiologi Agama UIN Surabaya Prof Nur Syam menyampaikan kampanye percepatan penurunan stunting perlu melibatkan seluruh pihak, termasuk tokoh agama. Kampanye tersebut harus dilakukan secara sistematis, terstruktur dan masif.
"Kita sesungguhnya perlu kampanye nasional untuk perubahan perilaku. Kampanye nasional ini harus dilakukan secara sitematis, terstruktur dan masif, karena kita ingin stunting ini bisa diminimalisir sedemikian rupa," ucapnya dalam kegiatan Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da'i, & Da'iyah Mendukung Percepatan Penurunan Stunting, Kamis (6/10).
Untuk mengoptimalkannya, ia pun menyebut harus dilakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak. Seluruh komponen mesti disiapkan, seperti kementerian dan lembaga terkait, contohnya Kementerian Agama, ormas keagamaan, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Adapun masalah yang dihadapi dalam kampanye ini adalah stunting masih dianggap sebagai takdir tuhan, sehingga merasa banyak yang berpikir hal ini tidak mampu dilawan. Prof Nur Syam pun merasa Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus memikirkan, mencetak dan merumuskan fiqih kesehatan, fiqih gizi, termasuk fiqih stunting.
"Ini untuk melawan pemikiran dari masyarakat, hadirnya teologi stunting dan fiqih stunting," lanjut dia.
Kementerian Agama (Kemenag) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) disebut telah melakukan sejumlah kerja sama dan sinergi, termasuk melalui bimbingan perkawinan. Kemenag bisa berperan dalam kampanye ini, dengan melibatkan puluhan ribu tenaga penyuluh keagamaan, dai dan daiyah.
Penyuluh agama merupakan garda depan dalam membangun kehidupan yang sejahtera, ditandai dengan fisik yang sempurna, bukan stunting. Para penyuluh juga bisa menjadi mitra organisasi sosial keagamaan dan pemerintah daerah dalam melawan stunting.
Prof Nur Syam menyebut dakwah tidak hanya berupa kampanye ritual dan pehamanan agama, tapi juga hal lain yang membawa nilai positif bagi bangsa dan negara. Dakwah merupakan panggilan untuk berkehidupan agama yang lebih baik dan memiliki cakupan luas, termasuk untuk membahas stunting.
Perihal sinergi, hal tersebut harus dilakukan dalam jangka panjang. Dunia usaha, seperti lembaga amal zakat, badan amil zakat dan gerakan filantropi, bisa turut terlibat dalam gerakan ini.
"Pemanfaatan media tradisional dan modern juga penting. Di tengah media sosial yang luar biasa, para dai kita masih didengarkan oleh masyarakat. Kiai, ulama dan tokoh agama masih menjadi referensi dalam perilaku sosial dan keagamaan. Pengajian-pengajian masih ramai didatangi dan bisa menjadi peluang penting," katanya.