REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia turut menanggapi keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel per hari (bph). Moskow menilai, langkah itu dirancang untuk menstabilkan pasar minyak global.
“Keputusan yang diambil (OPEC+) bertujuan menstabilkan pasar minyak,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Kamis (6/10/2022), dilaporkan The Moscow Times. Dia menilai, keputusan OPEC+ menunjukkan bahwa sejumlah negara memahami absurditas permintaan Amerika Serikat (AS) untuk membatasi harga minyak Rusia.
Selain AS, Uni Eropa juga telah mengusulkan untuk memperkenalkan batas harga minyak Rusia sebagai bagian dari sanksi baru atas Ukraina. Pada Rabu (5/10/2022) lalu Moskow menyampaikan, pembatasan harga minyaknya akan memiliki "efek merugikan" di pasar global. Mereka pun memperingatkan tidak akan memasok minyak mentah ke negara-negara yang memperkenalkan aturan semacam itu.
Sementara itu AS telah mengkritik keputusan OPEC+ terkait pemangkasan kuota produksinya minyak hinggal 2 juta bph. “Presiden (AS Joe Biden) kecewa dengan keputusan tak bijak OPEC+ untuk memangkas kuota produksi, sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari invasi Rusia ke Ukraina,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Brian Deese dalam sebuah pernyataan bersama, Rabu lalu.
Menurut mereka, keputusan OPEC+ akan berdampak negatif pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa langkah OPEC+ memangkas produksi minyak adalah kesalahan. Dia pun menuding organisasi tersebut “bersekutu” dengan Rusia.
Gedung Putih mengatakan, pemerintahan Biden akan terus memompa minyak dari Strategic Petroleum Reserve (SPR). Biden pun disebut telah menginstruksikan menteri energinya untuk meningkatkan produksi dalam negeri dalam jangka waktu dekat. Selain itu, pemerintahan Biden akan membuka pembicaraan dengan Kongres AS tentang alat dan otoritas tambahan guna mengurangi kendali OPEC atas harga energi. Belum jelas tindakan semacam apa yang bisa dilakukan.
OPEC+ telah memutuskan untuk memangkas produksi minyak hingga 2 juta bph setelah mereka melangsungkan pertemuan di Wina, Austria, Rabu lalu. Jumlah tersebut setara dengan dua persen dari pasokan global. Keputusan pemangkasan produksi diambil dengan pertimbangan untuk menanggapi kenaikan suku bunga di Barat dan ekonomi global yang lebih lemah.
Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman mengatakan, OPEC+ perlu proaktif karena bank sentral di seluruh dunia terlambat mengatasi lonjakan inflasi dengan suku bunga yang lebih tinggi. Pemotongan produksi sebesar 2 juta bph didasarkan pada angka-angka dasar yang ada. Saudi menolak tuduhan bahwa OPEC+ “berkolusi” dengan Rusia untuk mendorong harga energi lebih tinggi. Saudi mengatakan, Barat sering didorong oleh arogansi kekayaan ketika mengkritik OPEC.