Jumat 07 Oct 2022 06:36 WIB

MAARIF Institute Gelar Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif  

Festival tersebut digelar agar generasi muda mengenal pemikiran sang guru bangsa.

Red: Heri ruslan
Buya Ahmad Syafii Maarif saat mengayuh sepeda dalam kenangan. MAARIF Institute akan menggelar Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif selama delapan bulan dari Oktober 2022 hingga Mei 2023.
Foto: Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Buya Ahmad Syafii Maarif saat mengayuh sepeda dalam kenangan. MAARIF Institute akan menggelar Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif selama delapan bulan dari Oktober 2022 hingga Mei 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —  MAARIF Institute akan menggelar Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif. Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd Rohim Ghazali mengatakan, acara spesial tersebut dihelat agar generasi muda bisa mengenal lebih dekat dan lebih dalam gagasan dan pemikiran guru bangsa bernama lengkap Ahmad Syafii Maarif (ASM).

“Kegiatan ini ditujukan bagi generasi muda agar dapat mewarisi nilai-nilai perjuangan dan pemikiran Buya Syafii,” ujar Rohim Ghazali pada acara “Media Gathering Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif” di kantor MAARIF Institute, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (6/10/2022). Sejumlah pimpinan redaksi media cetak dan elektronik hadir dalam kesempatan tersebut .

Menurut Rohim, Buya Syafii Maarif telah pergi meninggalkan bangsa ini untuk selamanya. Namun, kata dia,  pemikiran dan gagasan almarhum tetap bersama kita dan tak akan lekang oleh waktu.  “Presiden Joko Widodo menyebut almarhum sebagai guru bangsa yang tak lelah menyuarakan Pancasila sebagai perekat bangsa. Karya pemikiran dan gagasan Buya mulai dari soal keislaman, keindonesiaan hingga kemanusiaan,” kata Rohim.

Buya Syafii bersama koleganya telah mendirikan lembaga MAARIF Institute pada 2003 sebagai katalisator dalam menyebarkan pemikiran Islam Rahmatan Lil ‘Alamin dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan. Rohim menegaskan, sebagai institusi kultural, MAARIF Institute terus bergerak menjaga, memperkokoh, dan mensosialisasikan watak serta ciri khas Islam Indonesia yang rahmatan lil `alamin, inklusif, demokratis, dan berpihak kepada keadilan sebagaimana cita-cita intelektual Buya Syafii. 

“Kami ingin menjawab tantangan sekaligus harapan dari banyak pihak paska Buya pergi, bagaimana mencetak kader-kader bangsa, Syafii Maarif muda yang mampu menyelaraskan Islam dan Pancasila dalam satu tarikan napas sebagai formula jawaban atas permasalahan bangsa”, ungkap Rohim.  

Direktur Program MAARIF Institute Moh Shofan menambahkan, rangkaian Festival Pemikiran ASM digelar selama delapan bulan. Dari Oktober 2022 hingga Mei 2023. Kegiatan dimulai dengan pengumuman sayembara video pendek dan artikel. Dalam peluncuran perdana kali ini diselenggarakan diskusi buku-buku karya ASM yang dijadwalkan pada 27 Oktober 2022 di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Jakarta.

Selain itu, rangkaian festival dilanjutkan dengan Muktamar Pemikiran ASM yang diselenggarakan pada 12 November 2022  Solo, Jawa Tengah. Fokus muktamar pemikiran adalah membahas relevansi pemikiran ASM dalam konteks tantangan keindonesiaan dan kemanusiaan hari ini. Kegiatan ini disambung dengan program Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan ASM Ke-IV (SKK-ASM IV) selama lima hari, yaitu pada 13-17 Nopember 2022. Program SKK-ASM menghadirkan sejumlah tokoh lokal dan nasional lintas agama serta cendekiawan. 

Dari Muktamar Pemikiran ASM itulah, kata Shofan, akan lahir pokok-pokok pemikiran ASM yang disumbangkan untuk bangsa ini sebagai salah satu kader terbaik Muhammadiyah. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka syiar Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan digelar 19-20 November 2022 di Solo, Jawa Tengah. 

Shofan menjelaskan, perhelatan Muktamar Pemikiran ASM dan SKK IV itu bakal diikuti 100 orang peserta dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Mereka terdiri dari kader intelektual, aktivis ormas Islam, aktivis lintas agama, peneliti muda alumni program MAARIF Fellowship (MAF) dan alumni SKK-ASM sebelumnya, serta peserta SKK periode 2022.

Masih dalam rangkaian agenda tersebut, kata dia, MAARIF Institute juga berencana menggelar acara “Mensyukuri 2 Dekade MAARIF Institute”. Tujuannya untuk mensyukuri 20 tahun perjalanan MAARIF Institute yang didirikan pada 28 Februari 2003. Hal itu sebagai ruang refleksi atas peran kelembagaan selama ini dalam mencapai misi dan tujuannya. Karena itulah, saat kegiatannya nanti ditayangkan profil 20 tahun perjalanan lembaga dan testimoni dari sejumlah tokoh, serta penerima manfaat program MAARIF Institute.

Selanjutnya,  kata dia, pada Mei 2023, MAARIF Institute mendaulat bulan ini sebagai Bulan Pemikiran ASM. Hal ini lantaran Buya Syafii lahir dan meninggal dunia di bulan Mei, yaitu 31 Mei 1935 dan 27 Mei 2022. Bulan pemikiran ASM ini akan digelar setiap tahun dan menjadi agenda inti dari program MAARIF Institute.

Menurut dia, ada dua agenda besar yang akan dilakukan pada Bulan Pemikiran ASM tersebut. Agenda pertama, Syafii Maarif Memorial Lecture (SMML), yang sudah memasuki tahun kedua. Forum akademik ini mengundang sarjana dan cendekiawan terkemuka sebagai narasumber untuk memaparkan ide, pemikiran, dan temuan penelitian terbaru terkait isu-isu keagamaan, politik, demokrasi, kebhinekaan, dan kemanusiaan. 

Agenda kedua, penganugerahaan Ahmad Syafii Maarif Award (ASM Award). ASM Award merupakan penghargaan yang diberikan setahun sekali, setiap bulan Mei kepada individu atau lembaga di wilayah Asia-Pasifik yang telah teruji konsistensi dan pengaruh perjuangannya di masyarakat luas yang majemuk. 

"Award ini diberikan untuk kategori bidang yang mencerminkan jalan perjuangan intelektual ASM, yaitu bidang pemikiran keagamaan yang menekankan konsistensi menghidupkan api reformisme keagamaan, progresivitas dan keberanian mengatasi sekat-sekat kultural, politik, agama, serta bidang aktivisme sosial yang mencerminkan keteguhan dalam membela hak-hak minoritas dan kelompok terpinggirkan," papar Shofan. 

Inisiatif award tersebut, kata dia, didedikasikan untuk mengenang perjuangan Alm Ahmad Syafii Maarif yang pernah menakhodai organisasi Islam modernis terbesar di dunia, mantan Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP), dan penerima Ramon Magsaysay Award (2008) untuk kategori Perdamaian dan Pemahaman Internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement