Jumat 07 Oct 2022 11:23 WIB

Lebanon Laporkan Kasus Kolera Pertama dalam 30 Tahun

Lebanon umumkan kasus kolera pertama dalam beberapa dasawarsa

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Para korban kolera. Kementerian kesehatan Lebanon mengumumkan pada Kamis (6/10/2022), kasus kolera pertama di negara yang dilanda krisis itu dalam beberapa dasawarsa.
Foto: AP/Dieu Nalio Chery
Para korban kolera. Kementerian kesehatan Lebanon mengumumkan pada Kamis (6/10/2022), kasus kolera pertama di negara yang dilanda krisis itu dalam beberapa dasawarsa.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kementerian kesehatan Lebanon mengumumkan pada Kamis (6/10/2022), kasus kolera pertama di negara yang dilanda krisis itu dalam beberapa dasawarsa. Pengumuman itu muncul ketika negara tetangga Suriah yang dilanda perang sedang berjuang untuk menahan wabah kolera yang telah menyebar ke seluruh negeri selama sebulan terakhir.

Menurut Kementerian Kesehatan, orang yang terinfeksi berasal dari provinsi utara Akkar yang sebagian besar miskin. Wilayah ini berbatasan dengan Suriah dan kasus pertama di wilayah itu adalah kasus pertama penyakit yang ditularkan melalui air sejak 1993 di Lebanon.

Pengurus Menteri Kesehatan Firas Abiad telah bertemu dengan pihak berwenang dan organisasi internasional menyusul kasus yang dikonfirmasi untuk membahas cara mencegah kemungkinan wabah. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi kolera disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terinfeksi bakteri Vibrio cholerae, meskipun sebagian besar kasusnya ringan hingga sedang, penyakitnya dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati. Keluarga-keluarga miskin di Lebanon sering menjatah air, tidak mampu membeli tangki air pribadi untuk minum dan keperluan rumah tangga

Kementerian Kesehatan Suriah dan PBB mengatakan, sumber wabah kemungkinan terkait dengan orang-orang yang meminum air yang tidak aman dari Sungai Efrat dan menggunakan air yang terkontaminasi untuk mengairi tanaman, yang mengakibatkan kontaminasi makanan. Layanan kesehatan Suriah telah sangat menderita akibat perang selama bertahun-tahun, sementara sebagian besar negara kekurangan pasokan untuk membersihkan air.

Pejabat kesehatan Suriah mendokumentasikan pada Rabu (5/10/2022), setidaknya 594 kasus kolera dan 39 kematian telah dilaporkan. Sementara itu, di barat laut negara yang dikuasai pemberontak, otoritas kesehatan mendokumentasikan 605 kasus yang dicurigai, lusinan kasus yang dikonfirmasi, dan setidaknya satu kematian.

Direktur Darurat Regional WHO Wilayah Mediterania Timur Richard Brennan mengatakan, organisasi tersebut telah melakukan pembicaraan dengan pihak berwenang di Lebanon dan negara-negara lain yang berbatasan dengan Suriah. WHO akan membawa pasokan yang diperlukan guna menanggapi kemungkinan kasus di negara tersebut. Brennan menambahkan, vaksin kolera saat ini mengalami kekurangan pasokan dibandingkan dengan permintaan global.

"Penyebaran lintas batas menjadi perhatian, kami mengambil tindakan pencegahan yang signifikan. Melindungi yang paling rentan akan sangat penting," kata Brennan.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement