Jumat 07 Oct 2022 12:40 WIB

Polisi Tembakkan Gas Air Mata, Penonton Bola di Liga Argentina Ada yang Meninggal

Penggemar Gimnasia mencoba masuk ke stadion yang sudah penuh sesak.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Muhammad Akbar
Polisi menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa saat unjuk rasa mengenang kematian dua mahasiswa di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (26/9/2022). Unjuk rasa mengenang kematian dua mahasiswa Randi dan Muh Yusuf Kardawi pada September 2019 itu berujung bentrok antara mahasiswa dan polisi.
Foto: ANTARA/jojon
Polisi menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa saat unjuk rasa mengenang kematian dua mahasiswa di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (26/9/2022). Unjuk rasa mengenang kematian dua mahasiswa Randi dan Muh Yusuf Kardawi pada September 2019 itu berujung bentrok antara mahasiswa dan polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, LA PLATA -- Kerusuhan kembali terjadi dalam sepak bola. Situasi bermula dalam pertandingan Liga Argentina antara tuan rumah Gimnasia La Plata vs Boca Juniors.

Duel di Stadion Juan Carmelo Zerillo La Plata, Jumat (7/10) pagi WIB, dihentikan pada menit kesembilan. Terjadi bentrokan antara penggemar dan polisi. Satu orang meninggal dunia.

Insiden serius terjadi di luar stadion. Polisi sampai menembakkan gas air mata. Menurut pihak berwenang, penggemar Gimnasia mencoba masuk ke stadion yang sudah penuh sesak.

Polisi lantas menggunakan peluru karet dan gas air mata untuk memaksa para penggemar mundur. "Sayangnya ada orang meninggal. Dia meninggal karena ada masalah jantung, ketika dibawa  ke rumah sakit," kata Menteri Keamanan Provinsi Buenos Aires Sergio Berni, dikutip dari ESPN.

Berni tidak memerincikan tentang keadaan di mana orang itu mengembuskan napas terakhir. Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) bereaksi. Melalui media sosial, AFA mengutuk kericuhan dan kekerasan tersebut.

"AFA Menyatakan komitmen untuk terus berupaya memberantas insiden semacam ini, yang menodai semangat sepak bola," tambah laporan dari ESPN.

Pemain Gimnasia, Leonardo Morales mengatakan putranya yang berusia dua tahun, kesulitan bernapas. Ia terguncang dan khawatir melihat keadaan di sekitar stadion. Ia tidak menyangka akan seperti ini situasinya.

"Kami tadinya bermain normal, dan itu berubah menjadi seperti ini, dan muncul perasaan keluarga kami hampir meninggal," ujar Morales.

Peristiwa di Argentina otomatis membuat perhatian football family juga tertuju ke Indonesia. Sebelumnya, terjadi kerusuhan setelah pertandingan antara Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan. Ratusan orang meninggal dunia.

Polisi di tempat kejadian menggunakan gas air mata saat bertugas mengamankan kericuhan. Berdasarkan aturan FIFA, tindakan tersebut dilarang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement