REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengharapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan pendampingan psikologi kepada korban ambruknya tembok pembatas MTs Negeri 19 Pondok Labu, Jakarta Selatan.
"Mendorong Dinas PPPA Provinsi DKI Jakarta untuk membantu asesmen psikologi pada korban selamat namun menyaksikan kawan-kawannya yang meninggal karena tertimpa tembok yang roboh," kata Komisioner KPAI bidang pendidikan, Retno Listyarti, dalam keterangan persnya, Jumat (7/10/2022).
Menurut Retno, pendampingan psikologis itu perlu dilakukan guna memastikan mental para korban stabil. Selain itu, pendampingan psikologi juga perlu diberikan kepada guru dan seluruh siswa yang hadir pada saat peristiwa naas itu terjadi.
Dengan situasi mental yang kembali terjaga, Retno yakin para guru dan murid dengan perlahan akan terlepas dari trauma dan kegiatan belajar-mengajar bisa kembali berjalan.
Selain kepada pemerintah daerah, Retno juga berharap campur tangan Kementerian Agama untuk memperbaiki fasilitas sekolah agar siswa merasa aman saat berkegiatan.
"Kita juga mendorong kementerian Agama untuk segera memperbaiki kondisi madrasah agar peserta didik dapat segera mengikuti PTM Kembali," kata dia.
Ambruknya tembok pembatas MTsN 19 Pondok Labu, Jakarta Barat, menyebabkan tiga pelajar meninggal dunia pada Kamis sekitar pukul 14.50 WIB.
Tembok sekolah tersebut ambruk diduga akibat hujan deras yang memicu luapan air dari saluran penghubung Pinang Kalijati dan aliran sungai yang berada di belakang sekolah itu.
Selain tiga korban tewas, ada tiga pelajar lainnya yang mengalami luka-luka dan harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Prikasih, Jakarta.