REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seorang Muslim mungkin merasa telah berusaha dalam hidupnya dengan bekerja secara gigih. Juga sudah mencari rezeki yang halal dan dengan cara yang halal pula. Namun, dia masih berada di garis kemiskinan.
Lantas bagaimana sikap seharusnya sebagai seorang Muslim? Sejatinya, seseorang yang telah berusaha dengan gigih dalam hidup, tidak pasti berakhir dengan kaya maupun miskin. Sebab, semua itu kembali kepada Allah SWT yang memiliki kebijaksanaan atas alam semesta.
Allah SWT berfirman, "Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS Al-Isra ayat 30)
Ulama Al-Azhar Kairo Mesir, Prof Dr Ahmed Al-Sharbasi menyampaikan, ada sejumlah nash dalam Islam yang menunjukkan adanya sisi kebajikan dalam diri seseorang yang mengalami kemiskinan.
Mereka itu ialah orang yang menyampaikan permohonan kepada Allah SWT dalam sebagian hidupnya untuk bisa bekerja, tetapi tidak mendapatkannya. Selanjutnya, adalah orang yang menderita suatu kecacatan yang tidak mampu diatasi mereka.
Berikutnya ialah orang yang diberikan kemiskinan yang justru dengan kemiskinan tersebut ia mendapat perlindungan, karena kalau pun diberikan keberlimpahan harta dan kekayaan, itu menjadi godaan terberat baginya sampai pada akhirnya kekayaan tersebut malah lenyap karena telah hilang kesabaran mereka.
Sejatinya, orang yang ada dalam kemiskinan amat dekat dengan kesabaran. Dengan sikap telaten dan sabar, maka kondisi mereka itu seharusnya menjadi pelecut untuk lebih bersemangat bekerja untuk menghilangkan kemiskinan, tentunya atas kehendak Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi, "Sesungguhnya ada di antara hamba-Ku, yang jika Aku menjadikannya kaya, niscaya kekayaan itu akan merusaknya. Dan ada di antara hamba-Ku, yang jika Aku menjadikannya miskin, niscaya kemiskinan itu akan merusaknya."
Selain itu, dalam riwayat Amr bin ‘Auf Al-Anshariy RA, Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah Ibnul Jarrah RA ke negeri Bahrain untuk mengambil upeti dari penduduknya. Kemudian dia kembali dari Bahrain dengan membawa harta. Ketika kalangan Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah, mereka bersegera menuju masjid untuk menunaikan sholat Subuh bersama Rasulullah SAW.
Setelah sholat, Rasulullah SAW berpaling (menghadap ke para sahabat). Mereka memperlihatkan keinginan atas apa yang dibawa Abu Ubaidah. Rasulullah pun tersenyum ketika melihat mereka. Lantas Rasulullah SAW bersabda, "Aku menduga kalian telah mendengar Abu Ubaidah telah tiba dan membawa sesuatu dari Bahrain." Mereka menjawab, "Tentu wahai Rasulullah."
Beliau SAW kembali bersabda, "Berbahagialah dan berharaplah sesuatu yang akan menyenangkan kalian. Demi Allah! Miskinnya kalian bukan hal yang aku takuti. Tetapi aku khawatir dunia diberikan kepada kalian sebagaimana telah diberikan kepada orang-orang sebelum kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba mengejarnya sebagaimana yang mereka lakukan, lalu dunia membuat kalian binasa sebagaimana binasanya mereka (orang-orang sebelum kalian)." (HR Bukhari dan Muslim)
Sumber: