REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Keikhlasan tidak muncul begitu saja. Ada pondasi atau dasar yang perlu diperhatikan seorang Muslim, untuk menghadirkan keikhlasan. Dasar tersebut ialah niat. Pengejawantahan niat ini hakekatnya adalah untuk Allah SWT.
Lalu apa itu niat? Niat adalah kehendak seseorang untuk memperjelas tujuan yang diinginkan. Kemudian, apa pemicu atau pendorong sehingga seseorang ingin mencapai tujuan tersebut? Pendorongnya ialah keinginan manusiawi yang dimiliki pada setiap orang untuk segera melakukan sesuatu.
Apa yang dituju itulah yang kemudian mendorong manusia untuk menghendaki sesuatu secara fisik (tindakan) maupun mental (hati). Tujuan atau sasaran tersebut meliputi aspek dunia dan akhirat, baik itu yang sifatnya kecil, hina, besar maupun bahaya.
Namun ada pula yang tujuannya berkaitan dengan nafsu perut dan birahi. Ada juga yang tujuannya berkaitan dengan kesenangan pikiran dan jiwa. Di antara tujuan-tujuan ini, tentu ada yang dilarang dan ada yang boleh. Ada yang dianjurkan, ada pula yang diwajibkan.
Berbagai macam tujuan tersebut menggambarkan keyakinan, nilai, pengetahuan, gagasan dan konsep yang ada dalam diri seseorang melalui pembelajaran dan pengalaman. Atau juga bisa melalui pengaruh lingkungan, atau karena meniru orang lain.
Meski demikian, mukmin sejati adalah orang yang telah mengalahkan pendorong hawa nafsu, dan menyimpan tujuan atau motif agama di dalam hatinya. Bagi orang beriman, akhirat telah cukup melebihi apa yang ada di dunia ini.
Orang beriman juga lebih mengutamakan apa yang ada di sisi Allah SWT ketimbang apa yang ada di sisi manusia. Karena itu, dia menjadikan niat, perkataan, dan perbuatannya hanya untuk Allah SWT. Dia juga menjadikan doa, ibadah, hidup dan matinya hanya untuk Allah SWT. Inilah yang dinamakan ikhlas.
Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.'" (QS Al-A'raf ayat 29)
Sumber:
(Umar Mukhtar)