Jumat 07 Oct 2022 16:19 WIB

Cerdas Sampaikan Kritik di Ruang Digital

Tingginya penetrasi internet, ternyata menyimpan masalah, yaitu penyampaian ekspresi yang berlebihan.

Rep: Vidita/ Red: Partner
.
Foto: network /Vidita
.

Unsplash/Sara K
Unsplash/Sara K

Penetrasi internet yang tinggi, kerap membuat lupa para penggunanya bahwa semua di ruang maya sejatinya tetap memiliki batasan. Oleh karena itu, segala hal yang disampaikan di dunia digital, termasuk menyampaikan kritikan, harus sesuai koridor yang berlaku agar tidak terseret ke ranah hukum.

Pemahaman bahasa yang baik dan benar, juga sangat penting dalam upaya berekspresi di dunia digital. Pada webinar bertema “Etika Penyampaian Opini & Kritik di Ruang Digital” yang berlangsung Rabu (5/10), di Makassar, Sulawesi Selatan, dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, Rita Gani menjelaskan, perkembangan teknologi digital saat ini, tumbuh demikian pesat.

Pengguna internet di Indonesia pada awal 2022 ini tercatat telah mencapai 210 juta pengguna atau sekitar 77 persen dari populasi Indonesia. Namun, tingginya penetrasi penggunaan internet di Indonesia ternyata menyimpan masalah, salah satunya adalah ekspresi di dunia digital yang berlebihan.

“Hal yang berlebihan itu mencakup komentar, maupun memposting segala sesuatu, bahkan yang sifatnya pribadi sekalipun di media sosial," ungkap Rita. Sebaiknya, ia melanjutkan, kita perlu menahan diri dalam berekspresi di media sosial karena memang ada batasannya.

Rita menambahkan, apabila tak mampu menahan diri, kerap kali apa yang disampaikan di media sosial justru berujung pada masalah. Ia mencontohkan, cara memberi kritikan pada pihak lain di media sosial yang buruk, seperti menggunakan kata kasar atau memaki.

Langlah ini justru berpotensi akan berujung disomasi. Kritik, menurut Rita, tidaklah terlarang, tetapi sebaiknya diberikan dengan cara yang positif dan konstruktif.

Cara menyampaikan kritik di media sosial, ia menjelaskan, bisa diawali dengan pernyataan maaf, lalu menyebutkan hal-hal yang dirasa sudah baik. Kemudian, kritiklah pada hal-hal yang konkret dan bisa diperbaiki. Hindari pula pernyataan yang bersifat asumsi dan tambahkan kata-kata motivasi.

Perhatikan Etika

Senada, CTO MEC Indonesia, Dedy Triawan menjelaskan pentingnya menggunakan bahasa yang santun dalam bermedia sosial. Menurut dia, penggunaan bahasa yang baik dan benar harus berpatokan pada etika dan tata krama yang ada.


Unsplash/Dole 777
Unsplash/Dole 777

Selain itu, sebelum mengunggah atau memberi komentar di media sosial, saring terlebih dahulu apakah ada kata atau kalimat yang kurang tepat. “Hindari kata-kata atau kalimat yang berpotensi menyeret ke ranah hukum. Gunakan bahasa yang sopan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari,” ujarnya.

Dedy menambahkan, hal penting dalam penggunaan bahasa di dunia digital adalah menggunakan kata yang sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Lalu, hindari bahasa yang diskriminatif dan rasis.

Selain itu, hindari pula konten yang mengandung hoaks atau kabar bohong. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya, Meithiana Indrasari menjelaskan, konflik di ruang digital kerap tak terhindarkan.

Hal ini, biasa melibatkan perselisihan, pertentangan, dan perbedaan pendapat antara seseorang dengan pihak lain, termasuk institusi. Konflik di ruang digital ini bisa disebabkan hoaks, perundungan siber, dan tindak kejahatan pidana.

“Dunia digital adalah dunia kita sekarang ini. Mari mengisinya dan menjadikannya sebagai ruang berbudaya, tempat belajar dan berinteraksi, tempat anak tumbuh berkembang, sekaligus tempat di mana kita sebagai bangsa hadir bermartabat,” Katanya.

Hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya.

Tujuannya, tidak hanya untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement