Jumat 07 Oct 2022 16:53 WIB

Liga Arab Tolak Rencana Inggris Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem

AS menjadi negara pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Liga Arab menolak rencana pemindahan kedutaan Inggris ke Yerusalem.
Foto: Andi Rain/EPA-EFE
Liga Arab menolak rencana pemindahan kedutaan Inggris ke Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Liga Arab menolak rencana pemindahan kedutaan Inggris ke Yerusalem. Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menyatakan keprihatian atas pernyataan Perdana Menteri Liz Truss yang mempertimbangkan untuk memindahkan kedutaan Inggris di Israel ke Yerusalem.

"Saya mengulangi penolakan dan kecaman kami atas setiap keputusan sepihak yang mungkin melanggar hukum atau  status historis kota suci Yerusalem, atau untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, yang merupakan kekuatan pendudukan menurut hukum internasional," ujar Gheit, dilansir Middle East Monitor, Jumat (7/10/2022).

Baca Juga

Gheit meminta pemerintah Inggris, khususnya Perdana Menteri Truss agar mematuhi solusi dua negara dan menahan diri dari mengambil tindakan ilegal yang dapat membahayakan solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

Seruan Gheit kepada pemerintah Inggris muncul di tengah kekhawatiran bahwa, kemungkinan pemindahan kedutaan ke Yerusalem akan berdampak serius pada hubungan antara Inggris dan negara-negara Arab. Hal ini dapat mengancam kepercayaan dalam hubungan di masa depan.

Para diplomat Arab menulis surat kepada Truss untuk memperingatkan bahwa, pemindahan kedutaan besar Inggris ke Yerusalem dapat berisiko mencegah perjanjian perdagangan bebas antara Inggris dan enam negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang akan ditandatangani pada akhir tahun.

Menurut outlet beritaThe National, seorang tokoh senior Konservatif yang tidak disebutkan namanya mengatakan, para pemimpin Arab marah dengan rencana Inggris tersebut, karena dapat membahayakan Kesepakatan Abraham.

Beberapa negara Arab telah menormalkan hubungan dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham. Kesepakatan ini diinisiasi oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan adalah empat negara Arab yang telah membuka hubungan diplomatik dengan Israel. 

Bulan lalu, Liz Truss bertemu Perdana Menteri Israel Yair Lapid di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS). Pada kesempatan itu, Truss mengatakan kepada Lapid bahwa dia sedang meninjau lokasi kedutaan Inggris di Israel.

"Perdana Menteri (Truss) memberi tahu Perdana Menteri Lapid tentang ulasannya tentang lokasi Kedutaan Besar Inggris di Israel saat ini," ujar seorang juru bicara kantor Downing Street dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut. Sementara itu Yair Lapid melalui akun Twitter resminya menyampaikan terima kasih kepada Truss karena telah mempertimbangkan untuk memindahkan kedutaan besar Inggris di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Saat masih menjabat sebagai menteri luar negeri Inggris, Truss pernah berjanji untuk memindahkan kedutaan besar negaranya di Israel ke Yerusalem. Hal itu bakal dilakukan jika dia terpilih menjadi perdana menteri. Jika pemindahan itu benar-benar dilakukan, artinya Inggris akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Di bawah pemerintahan Trump, AS menjadi negara pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal itu terjadi pada Desember 2017.

Sejak saat itu, Palestina mundur dari negosiasi perdamaian dengan Israel yang dimediasi Washington. Palestina memandang AS tak lagi menjadi mediator netral karena terbukti membela kepentingan politik Israel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement