Sabtu 08 Oct 2022 06:27 WIB

Keluhuran Ahlak Nabi Muhammad SAW

Momentum kelahiran Nabi Muhammad ini hendaknya dijadikan sarana untuk evaluasi diri.

Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno

Kini kita telah berada di bulan Rabiul Awal. Pada bulan ini kaum Muslimin selalu memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Momentum peringatan ini hendaknya dijadikan sarana untuk evaluasi diri, sejauh mana upaya kita untuk meneladani keluhuran akhlak Nabi SAW.

Baca Juga

Jangan sampai setiap tahun kita memperingati maulid Nabi SAW, tetapi akhlak kita masih jauh dari apa yang diteladankan olehnya. Sungguh, dalam diri Nabi terdapat teladan yang baik (QS al-Ahzab [33]: 21).

Ketika Rasulullah SAW disakiti oleh orang-orang yang menentangnya, beliau tidak pernah membalasnya. Rasul menghadapinya dengan penuh kesabaran. Setiap kali Rasulullah melintas di depan rumah seorang wanita tua, beliau selalu diludahi oleh wanita tua itu.

Suatu hari, saat Rasulullah SAW melewati rumah wanitu tua itu, beliau tidak bertemu dengannya. Karena penasaran, beliau pun bertanya kepada seseorang tentang wanita tua itu. Justru orang yang ditanya pun malah heran, mengapa Rasulullah menanyakan kabar tentang wanita tua yang telah berlaku buruk kepadanya.

Setelah Rasulullah mendapatkan jawaban, wanita tua yang biasa meludahinya itu ternyata sedang sakit. Bukannya gembira, justru beliau memutuskan untuk menjenguknya. Wanita tua itu tidak menyangka jika Rasulullah mau menjenguknya.

Bahkan, ketika si wanita tua itu sadar bahwa manusia yang menjenguknya adalah orang yang selalu diludahinya setiap kali melewati depan rumahnya, si wanita tua itu pun menangis di dalam hatinya, "Duhai, betapa luhur budi manusia ini. Kendati tiap hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjengukku kemari."

Dengan menitikkan air mata haru dan bahagia, si wanita tua itu lantas bertanya, "Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?" Rasulullah menjawab, "Aku yakin engkau meludahiku karena engkau belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau telah mengetahuinya, aku yakin engkau tidak akan melakukannya."

Mendengar jawaban bijak dari Rasulullah, wanita tua itu pun menangis dalam hati. Dadanya sesak, tenggorokannya terasa tercekat. Kemudian dengan penuh kesadaran, ia pun berkata, "Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu." Lantas, wanita tua itu pun mengikrarkan dua kalimat syahadat, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Subhanallah.

Demikianlah sebagian kisah manusia agung, Nabi Muhammad SAW. Masih banyak kisah lainnya yang hendaknya terus digali, disosialisasikan, diteladani, dan diejawantahkan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement