REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Jatman, KH Mashudi, menyampaikan, kitab Simthu ad-Duror, sebagaimana kitab al-Barzanji,berisi bacaan- bacaan shalawat kepada Rasulullah. Di dalamnya juga memuat sejarah tentang perjuangan dan akhlak Nabi SAW, baik di keluarga, masyrakat, medan perang, maupun ketika berdakwah.
"Jadi, di dalam kitab maulid apa pun, termasuk Simthu ad-Duror, isinya adalah shalawat dan sirah Nabi Muhammad SAW," tutur dia.
Kiai Mashudi menjelaskan, penggalan-penggalan kalimat dalam kitab Simthu ad- Durorsudah terdapat dalam kitab al-Barzanji dan kitab-kitab maulid yang lain. Sebab, antara kitab-kitab maulid itu sebetulnya memiliki kesamaan dan saling bersinggungan karena sosok yang ditulisnya sama, yakni Nabi Muhammad SAW.
Namun, Simthu ad-Duror memiliki ciri khas tersendiri. Tulisan dalam kitab ini dirangkai dengan bahasa-bahasa pilihan dalam bentuk qasidah. Keindahan gaya bahasanya, atau balaghahnya, ada di tingkat tertinggi. Menurut Kiai Mashudi, gaya bahasa Simthu ad-Duror ibarat menggunakan kromo inggil, tingkatan bahasa paling tinggi dalam bahasa Jawa.
"Isinya tentang puji-pujian yang menyentuh kalbu sehingga menyentuh para pembaca dan membuat mereka semakin menghayati.Meski tidak tahu artinya, tetap bisa meng hayati, seakan terhipnotis dengan kata-kata yang digunakan. Rasa cinta kepada Rasulul lah semakin tinggi jika menghayati bahasa yang indah dalam kitab ini," tuturnya.
Salah satu contohnya ialah kalimat 'Ya robbi sholli 'ala Muhammad, maa laaha fil ufqi nuuru kaukab'. Artinya, Ya Robbi, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad SAW selama cahaya bintang bersinar di ufuk.Menurut Kiai Mashudi, kalimat ini memiliki sisi balaghah yang luar biasa.
Simthu ad-Duror memiliki bentuk syair yang enak dan tidak membosankan untuk diamalkan. Pilihan kata dan bait-baitnya punya padanan yang tepat sesuai konteks. Simthu ad-Durormengandung banyak qasidah sehingga cocok untuk zaman sekarang. Dengan langgam, gaya, dan lahjah (dialek)-nya, memi cu gairah dalam rangka meningkatkan kecin taan kepada Rasulullah SAW.
Keasyikan dalam melagukannya menjadi inspirasi seperti tarian sufi. Pembaca Simthu ad-Duror seakan terhipnotis dengan keasyikan ingin menghadirkan Rasulullah SAW, tetapi tentu tidak sampai menyimpang. Sebab, itu justru dalam rangka mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW.
"Berqasidah itu sesuatu yang menarik dan tidak membosankan. Itulah satu trik metode untuk mengedukasi umat agar bagaimana mencintai shalawat dalam rangka mahabbah kepada Rasulullah SAW. Tentu dengan tata krama, sopan santun, tidak asal-asalan, dan tidak sembarangan," tuturnya.
Pesan khusus dari Habib Ali bersifat umum dan berkaitan dengan moralitas. Pesan khusus nya, yaitu bagaimana setiap Muslim mencintai Rasulullah SAW, baik bagi yang dzuriyah(keturunan) Rasul, seperti habib atau syarifah, maupun yang bukan dzuriyah.