REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Jababeka Tbk berupaya mendorong adanya kerja sama konkret antar Indonesia dengan Australia untuk menyiasati masalah disrupsi rantai pasok (supply chain). Apalagi masalah disrupsi supply chain pangan mengakibatkan pemanasan global, perubahan iklim serta persoalan geopolitik.
Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) merupakan kerja sama bidang ekonomi antara Indonesia dan Australia. Hadirnya IA-CEPA, Indonesia dan Australia semakin mudah bekerja sama dalam meningkatkan aktivitas ekonomi masing-masing negara.
Founder and chairman Jababeka SD Darmono mengatakan, Australia dan Indonesia memiliki keunggulan yang saling melengkapi. Saat ini Indonesia memiliki pasar yang besar dengan total 250 juta populasi sedangkan Australia memiliki teknologi, inovasi, akses kapital dan akses ke pasar dunia.
Darmono menyampaikan, kerja sama bisa memanfaatkan lahan yang belum digunakan Indonesia dan Australia dalam bentuk kerja sama joint venture. Adapun tujuannya, memperlihatkan ke dunia bahwa Indonesia-Australia bisa berkontribusi terhadap permasalahan rantai pasok pangan.
"Kita bisa dengan open source di KEK Tanjung Lesung (di Banten) seluas 1.500 hektar, banyak orang berdatangan. Kita punya hotel, golf course, marina juga sedang dibangun. Ini merupakan tempat orang bisa datang dan rileks," ujarnya, Jumat (7/10/2022).
Dia menyebut, secara geografis KEK Tanjung Lesung sangat strategis karena berdekatan dengan Selat Sunda yang menjadi jalur perdagangan. Maka itu, Jababeka menilai ini bisa dimulai upaya menjalankan proyek agribisnis antara kedua negara di lokasi tersebut.
Menurutnya, kerja sama juga bisa melalui KEK Morotai di Maluku Utara. Dengan luas 1.101,76 hektar, KEK Morotai memiliki potensi di perikanan, sekaligus potensi pertanian (agribisnis) dan sumber daya alam, serta didukung lokasinya yang strategis.
"Kita tinggal start dengan merumuskan konsep dan plan untuk bekerja sama. Juga, kita harus punya mimpi bersama dengan investor Australia mengenai kerja sama (food) supply chain ini," ucapnya.
Sementara itu Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman menambahkan, Indonesia bukan hanya membutuhkan investor dari Australia datang ke Indonesia. Menurutnya, Indonesia juga memerlukan partner strategis.
"Untuk membuat bersama-sama produk yang punya added value sekaligus juga membangun ekosistem makanan end to end. Mulai dari bahan mentah, teknologi, hingga ekosistemnya agar harga terjangkau dan kompetitif harganya untuk rantai pasok global," ucapnya.
Meski begitu, Darmono menerangkan perlunya edukasi dan inovasi dalam regulasi dari pemerintahan kedua negara. Hal itu untuk mempermudah sharing knowledge, investasi, dan kerja sama hingga mudah menjalankan proyek sehingga bisa mengatasi kendala yang akan timbul.
"Edukasi masyarakat tanpa praktek sama saja teori. Oleh karenanya, posisi Jababeka, kita coba memanfaatkan lahan yang belum terpakai di Indonesia dengan Kawasan Ekonomi Khusus (yaitu KEK Tanjung Lesung dan Morotai, Kendal), dengan investor, bangun infrastruktur dan bekerja sama pemerintahan lokal," ucapnya.
Dia mengungkapkan, Indonesia memiliki lahan yang bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan profitabilitas sekaligus menciptakan pasar. Jababeka terbuka untuk open source, siap membuka diskusi mengenai teknologi dan bidang lain-lain untuk investor Australia yang datang ke Indonesia.