REPUBLIKA.CO.ID,ABU DHABI -- Dewan Sesepuh Muslim mengutuk keras serangan bersenjata yang terjadi di pusat penitipan anak, di timur laut Thailand. Aksi brutal ini menyebabkan kematian sejumlah murid dan guru.
Di bawah kepemimpinan Imam Besar Al-Azhar, Yang Mulia Dr. Ahmed Al-Tayeb, Dewan menegaskan kembali penolakan kategorisnya terhadap kejahatan mengerikan, yang bertentangan dengan semua ajaran dan hukum agama, serta naluri dasar manusia yang menguduskan dan melindungi kehidupan manusia.
Dilansir di Gulf News, Sabtu (8/10), Dewan Sesepuh Muslim juga menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada Kerajaan Thailand dan rakyatnya, serta keluarga para korban, sambil berharap yang terluka cepat pulih.
Sebelumnya diberitakan pelaku penembakan massal ini diduga tertekan karena memilliki banyak persoalan dalam kehidupannya. Penyelidikan awal polisi menemukan pelaku yang diidentifikasi sebagai Panya Khamrap mempunyai masalah keuangan dan keretakan rumah tangga.
Panya merupakan seorang mantan polisi yang dipecat karena menggunakan narkoba. Ia telah dicopot dari jabatannya di kepolisian pada Januari, setelah mengaku menggunakan dua jenis metamfetamin.
“Dia ingin melampiaskan. Kami mengetahui dari ibunya, pada hari kejadian dia bertengkar dengan istrinya. Dia mungkin ingin melakukan sesuatu yang buruk," kata kepala polisi setempat Chakkraphat Wichitvaidya.
Rekan-rekan di kepolisian setempat mengatakan, Panya dikenal pemarah dan kasar saat bertugas sebagai polisi. Polisi juga mengatakan Panya gelisah saat memasuki pusat penitipan anak pada Kamis (6/10). Dia membawa pistol dan pisau besar atau golok.
Saksi mata menggambarkan, pelaku mengamuk selama dua jam. Dia menebas 22 anak yang berusia antara 2-5 tahun saat sedang tidur siang. Pelaku juga menembaki orang-orang di sekitar. Secara keseluruhan 38 orang tewas, termasuk 24 anak.
Setelah melakukan penyerangan secara brutal, ia pulang ke rumah dan membunuh istri dan anaknya. Kemudian Panya mengakhiri hidupnya sendiri dengan pistol 9 mm. Kediaman Panya terletak di sebuah desa yang berjarak 3 kilometer dari tempat penitipan anak.
Beberapa jam sebelum pembantaian, Panya muncul di pengadilan atas tuduhan narkoba. Polisi mengatakan, Panya kemudian menuju ke pusat penitipan anak untuk mencari putranya. Namun putranya tidak ada di tempat penitipan anak.
Tidak diketahui apakah Panya masih menggunakan narkoba. Kepala polisi nasional Damrongsak Kittipraphat mengatakan, laporan otopsi menunjukkan pelaku tidak menggunakan narkoba ketika melakukan serangan.
“Kami melihat pertengkaran dengan istrinya adalah masalah utama. Mereka memiliki masalah. Alasan lainnya mungkin karena pengangguran, tidak ada uang, dan masalah keluarga," ujar Damrongsak.