REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemerintah India menyelamatkan sekitar 130 orang India dari penipuan yang menawarkan pekerjaan di Myanmar, Laos, dan Kamboja. Mereka dibujuk agen yang menawarkan peluang kerja bergaji tinggi di sektor teknologi informasi yang ternyata palsu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arindam Bagchi mengatakan, para pekerja India itu ditawan dan dipaksa melakukan penipuan dunia maya untuk perusahaan yang terlibat dalam penipuan digital dan mata uang kripto palsu. Perusahaan tampaknya beroperasi melalui agen di Dubai, Bangkok, dan beberapa kota di India. Mereka merekrut pekerja India melalui iklan media sosial untuk pekerjaan palsu yang sangat menguntungkan di Thailand.
"Para pekerja dibawa secara ilegal melintasi perbatasan ke daerah Myanmar yang sulit diakses karena situasi keamanan setempat," kata Bagchi, dilansir Aljazirah, Sabtu (8/10/2022).
Baghci mengatakan, hampir 50 pekerja telah dipulangkan kembali ke India dari Myanmar. Sementara beberapa lainnya masih dalam tahanan polisi di Myanmar untuk diinterogasi karena mereka memasuki negara itu tanpa visa.
Dia mengatakan, 80 pekerja India lainnya telah diselamatkan dari Kamboja dan Laos. Bulan lalu pejabat terpilih negara bagian Tamil Nadu selatan India, MK Stalin dalam sebuah surat mengatakan kepada Perdana Menteri Narendra Modi, 300 orang India, termasuk sekitar 50 orang Tamil dari negara bagian itu telah ditahan di Myanmar.
Pada Kamis (6/10/2022), 21 warga Malaysia telah diselamatkan dari perdagangan manusia di Kamboja dan Laos. Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah mengatakan pemerintah kini telah menyelamatkan 273 orang dari 401 orang yang dilaporkan hilang di Kamboja, Laos, Myanmar dan Thailand. Sebagian besar telah kembali kecuali 60 orang yang masih berada di rumah detensi imigrasi di negara-negara tersebut, yang sedang menunggu untuk proses pemulangan.
Seorang utusan PBB mengatakan, jaringan penipuan dunia maya biasanya memiliki hubungan dengan kejahatan terorganisir transnasional. Jaringan ini didirikan di negara-negara dengan penegakan hukum yang lemah.
Mereka menarik pekerja muda terdidik dengan janji penghasilan tinggi. Para pekerja kemudian akan diasingkan dan diancam dengan kekerasan, kecuali mereka berhasil menipu korban melalui telepon untuk mentransfer pembayaran ke rekening bank di luar negeri.