REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan cendikiawan terkenal asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan, Rasulullah SAW telah memperlihatkan kasih sayang yang besar terhadap sesuatu yang remeh dan bersifat khusus dalam naungan misi kenabian yang bersifat umum dan komprehensif.
Secara lahiriyah, menurut Nursi, kelihatannya rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesuatu yang remeh dan bersifat khusus itu tidak sesuai dengan tugas kenabian beliau yang agung.
Namun, sebenarnya unsur yang kelihatannya remeh dan khusus tersebut mewakili satu sisi dari sebuah silsilah yang pada masa selanjutnya akan mengemban seluruh misi kenabian.
Karena itu, menurut Nursi, perhatian yang besar diberikan kepada sosok yang mewakili mereka. Dia mencontohkan seperti sikap Rasululah SAW kepada cucunya Hasan dan Husein.
“Contohnya adalah sikap Rasul SAW yang menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang besar kepada Imam Hasan dan Husain RA di saat mereka masih muda beliau bukan semata-mata karena naluri kasih sayang dan rasa cinta yang muncul dari adanya hubungan keluarga,” kata Nursi dalam bukunya yang bejudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 35.
Akan tetapi, lanjutnya, karena keduanya, Hasan dan Husain merupakan pangkal dari silsilah bercahaya yang membawa salah satu misi kenabian beliau yang agung.
Keduanya menjadi pelopor dari kelompok besar yang mewarisi kenabian, serta menjadi wakil dan teladan bagi mereka.
“Ya, sikap Rasul SAW yang memeluk dan mencium kepala Hasan dengan penuh kasih disebabkan banyaknya pewaris kenabian dan pembawa syariat agung yang berasal dari anak cucu Hasan, keturunan beliau yang bersinar dan penuh berkah. Di antara mereka adalah syekh Abdul Qadir al-Jailani,” jelas Nursi.
Dengan bashirah kenabian, tambah Nursi, Rasulllah SAW telah menyaksikan tugas suci yang diemban orang-orang itu di masa mendatang sehingga beliau menghargai dan menghormati jasa dan pengabdian mereka. Karena itu, beliau mencium kepala Hasan sebagai bentuk penghargaan dan sokongan.
n.Muhyiddin