Senin 10 Oct 2022 08:23 WIB

BRI Medan Salurkan KUR Melonjak Jadi Rp 8 Triliun pada Agustus 2022

BRI Medan menargetkan mampu salurkan KUR sebesar Rp 13 triliun pada 2022

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja menjemur ikan asin di kawasan pemukiman nelayan Bagan Deli, Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara.  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 8 triliun pada Agustus 2022. Adapun pinjaman KUR dimulai dari Rp 25 juta sampai Rp 250 juta.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio/Lmo/rwa.
Pekerja menjemur ikan asin di kawasan pemukiman nelayan Bagan Deli, Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 8 triliun pada Agustus 2022. Adapun pinjaman KUR dimulai dari Rp 25 juta sampai Rp 250 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 8 triliun pada Agustus 2022. Adapun pinjaman KUR dimulai dari Rp 25 juta sampai Rp 250 juta. 

Regional CEO BRI Medan Budhi Novianto mengatakan pinjaman khusus UMKM cukup baik pengembaliannya, kredit bermasalah cukup rendah di bawah dua persen.

“Begitupun BRI yang meluncurkan aplikasi digital. Regional BRI Medan yang mencakup Sumatra Utara, terus mendukung kemudahan akses perbankan seperti realisasi KUR. Pada Agustus 2022, KUR BRI sebesar Rp 8 triliun, dari target 2022 sebesar Rp 13 triliun,” ujarnya dalam keterangan tulis, Senin (10/10/2022).

Di samping itu, BRI menyelenggarakan pelatihan jurnalistik 'BRI Media Engagement Jurnalisme Perbankan Era Transformasi'. Tak hanya kemampuan jurnalistik, wartawan ekonomi perlu memiliki pemahaman mendalam terkait bidangnya, salah satunya perbankan, agar berita yang ditulisnya benar dan akurat.

“Informasi bisa salah, bisa bohong. Tapi, berita tidak boleh salah. Berita yang benar itu dalam prosesnya jelas, dari proses mengolah sampai menyajikan, sehingga hasilnya benar-benar akurat," ujar Wakil Ketua Dewan Pers Muhammad Agung Dharmajaya.

Pelatihan yang diselenggarakan Dewan Pers dan BRI ini dibuka oleh Regional CEO BRI Medan Budhi Novianto. Diikuti oleh wartawan dari 72 media lokal di Medan.  Saat menyampaikan materinya bertema 'Engagement Pemberitaan Era Konvergensi Media', Muhammad Agung Dharmajaya mengungkapkan banyaknya berita yang bulat-bulat dari rilis Humas, tanpa mengedit atau mengkonfirmasi lagi. 

“Hasilnya hampir semua media, khususnya online menyajikan dalam bentuk yang sama, baik isi bahkan lead. Hanya dibolak-balik saja, dari atas ke bawah atau sebaliknya. Tak banyak perubahan,” ucapnya.

Agak berbeda dengan media cetak, lanjut Muhammad Agung Dharmajaya, yang masih longgar waktunya sehingga bisa melakukan konfirmasi atau paling tidak menulisnya agak berbeda dari rilis yang diberikan pihak Humas.

“Itupun terkadang masih sama, kecuali melakukan investigasi khusus. Untuk berita investigasi, saat ini jarang terjadi kecuali majalah. Kini banyak sekali media online, kalau penyajian beritanya beragam alangkah baiknya,” tuturnya.

Agung menyebut hal yang sering dilanggar wartawan adalah tidak melakukan kegiatan jurnalistik dan tidak menggunakan credible source. “Kerja jurnalistik bukan kerja Humas, pastikan harus konfirmasi lagi,” tegasnya.

Dia menyebut, wartawan kerap kali memanfaatkan media sosial sebagai sumber berita. Padahal, menelan bulat-bulat informasi dari media sosial beresiko terhadap akurasi berita yang disajikan. 

Saat ini, ada 401 kasus pengaduan beragam yang diterima Dewan Pers. Dari jumlah itu, 286 kasus selesai ditangani dan 115 kasus dalam proses. “Platform pengaduan 99 persen dari media online,” ucapnya.

Pelatihan jurnalistik Dewan Pers BRI juga menghadirkan pembicara Komisi Hubungan Antar Lembaga Dewan Pers Totok Suryanto, Regional Operation Head BRI Medan Barkah Mulyatno dan Wapemred Kontan Titis Nurdiana yang fokus membahas industri perbankan.

Komisi Hubungan Antar Lembaga Dewan Pers Totok Suryanto mengatakan, tugas Dewan Pers menegakkan martabat. Modal pers itu profesional dan trust atau kepercayaan. “Kalau mau konfirmasi, bekerjalah secara profesional dan beretika,” katanya.

Media, lanjut Totok, harus profesional dan dipegang oleh orang-orang yang profesional juga. “Kode etik itu cuma satu, hati nurani,” ungkapnya.

Titis Nurdiana, Wapemred Kontan menegaskan, membuat berita perbankan harus dengan data yang akurat. Pasalnya, berita tanpa data bisa berakibat bank menjadi rush atau nasabah ramai-ramai menarik dananya dari bank, dan pada akhirnya ekonomi menjadi terganggu.

“Meskipun dengan data, tapi tetap menggunakan hati nurani, kalau berita ini dibuat efek ke publik seperti apa,” ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement