Senin 10 Oct 2022 10:00 WIB

Membuat Efektivitas Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 

Peringatan maulid Nabi Muhammad diharap tak sekadar seremonial saja.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Membuat Efektivitas Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Foto:  Peringatan Maulid Nabi SAW, ilustrasi
Foto: Tahta/Republika
Membuat Efektivitas Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Foto: Peringatan Maulid Nabi SAW, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) dinilai tidak efektif jika hanya merayakannya, namun tidak meneladani ahlak Nabi Muhammad SAW yang agung.

Ketua Umum PB Al Washliyah KH Masyhuril Khamis mengatakan, banyak umat muslim yang mengaku mengidolakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam di dalam kehidupannya, tetapi hanya sebatas perkataannya saja. 

Baca Juga

Di sisi lain, ternyata mereka masih mengambil contoh kehidupan tokoh-tokoh manusia lain, selain Rasulullah SAW. 

"Misalnya tokoh-tokoh di dalam bidang ekonomi, pendidikan, hukum, pemikiran, politik, dan bidang-bidang kehidupan lainnya. Padahal mereka tidak mendasarkan pemikirannya kepada Alquran dan as sunnah," kata Kiai Masyhuril yang juga ketua MUI Bidang Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Anak Bangsa ini, Senin (10/10/2022).

Dia mencontohkan, di dalam sistem perekonomian, umat muslim dunia ternyata lebih percaya dengan sistem ekonomi kapitalisme yang mengandalkan sistem riba untuk memutar roda perekonomian, dibandingkan dengan sistem ekonomi syariah yang berkeadilan. Padahal, sistem ekonomi syariah telah terbukti lebih mensejahterahkan umat, sesuai dengan yang pernah dicontohkan oleh para pemimpin muslim di zaman Rasulullah di abad ke-6 dan berlanjut sampai ke zaman runtuhnya dinasti Abassiyah di abad ke-18.

"Contoh lain, di dalam sistem pendidikan keumatan, di mana masih banyak umat muslim di seluruh dunia yang masih percaya dengan sistem pendidikan yang bernafaskan paham positivisme, dibandingkan dengan paham kewahyuan Allah Ta’alla," katanya.

Hal ini disebabkan karena masih banyak pula umat muslim yang memandang bahwa wahyu Allah Ta’alla dan sunnah Rasulullah SAW (khabar shoddiq) bukanlah merupakan sumber-sumber ilmu pengetahuan. Akan tetapi hanyalah sebagai dogma atau aturan-aturan yang sifatnya transendensial semata, dan tidak ilmiah/sintifik. 

"Paham-paham sekuler sepeti inilah yang sebenarnya telah berhasil ditanamkan oleh para pemikir sekuleris dan liberalis barat kepada umat muslim. Tujuannya agar menjauh dari sumber-sumber kebenaran Islam yang hakiki, yaitu Alquran dan sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam," katanya.

Akhirnya, banyak juga umat muslim yang terpengaruh dengan metode pemikiran sekuler seperti itu. Sehingga mereka enggan untuk menerapkan nilai-nilai Illahiyah dan nilai-nilai propetik kenabian ke dalam kegiatan kehidupan sehari-hari.

Kiai Masyhuril mengatakan, setiap tahun, tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal, sebagian besar umat Islam di seluruh dunia termasuk di Indonesia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW). Namun, dia menyayangkan karena menjadi fenomena umum juga adalah, ketika bulan Rabbiul Awal telah lewat, dan ketika momentum perayaan peringatan kelahiran (maulid) Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam telah berlalu, maka berlalu pula kegiatan mengingat dan mencontoh akhlak Rasulullah. 

"Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam sudah tidak lagi dijadikan seorang panutan dalam kehidupan sehari-hari, dan berganti dengan para tokoh lain yang lebih menekankan nilai materialisme dan dan egoisme belaka," kata Kiai Masyhuril.

Menurutnya, tidak ada dampak atau bekas yang nyata bagi diri seorang muslim (tidak efektif) atas kegiatan peringatan hari kelahiran Rasulullah SAW. Padahal dia telah mengikuti acara perayaan peringatan kelahiran (maulid) baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam seumur hidupnya. 

"Jika demikian adanya, berarti ada yang kurang pas, di dalam kegiatan memperingati kelahiran (maulid) Rasulullah SAW selama ini," katanya.

Dan kata Masyhuril Khamis jika hal ini dibiarkan terus menerus, itu sama saja bahwa selama ini, umat muslim telah melakukan perbuatan yang sia-sia.

Sedangkan menurut hadits Rasulullulah, melakukan perbuatan sia-sia sama saja dengan menjauhkan kita dari perhatian Allah SWT.

"Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sabagai tanda Allah menelantarkannya" (At-Tamhid Hadist ke-21 hal.200).

Kiai Masyhuril menegaskan, 12 Rabi’ul Awwal merupakan hari kelahiran manusia agung pilihan Allah Ta’alla yang Sesungguhnya, kelahirannya merupakan momentum yang sangat tepat bagi seluruh umat muslim di dunia, termasuk umat muslim di Indonesia untuk mengingat kembali tentang sosok Rasulullah yang sangat agung. 

"RasulullahShalallahu Alaihi Wassalam, merupakan suri tauladan bagi umat muslim dunia, sekaligus juga sebagai nabi penutup dari semua nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah Ta'ala," katanya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’alla di dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya. 

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." 

Dengan demikian, kata Kiai Masyhuril tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya umat Islam telah mempunyai seorang sosok Role Model yang sangat ideal untuk diikuti dan dicontoh di dalam semua sendi dan bidang kehidupan umat Islam itu sendiri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement