Senin 10 Oct 2022 09:13 WIB

Kirgistan Batalkan Sepihak Latihan Militer Bersama Rusia

Pembatalan dilakukan kurang dari sehari sebelum latihan itu akan dimulai.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Foto ini diambil dari video yang disediakan oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada Sabtu, 19 Februari 2022, menunjukkan rudal jelajah Zirkon diluncurkan dari fregat angkatan laut Rusia selama latihan militer. Kirgistan secara sepihak membatalkan latihan militer bersama antara enam negara yang terdiri dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, Ahad (9/10/2022).
Foto: AP/Russian Defense Ministry Press S
Foto ini diambil dari video yang disediakan oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada Sabtu, 19 Februari 2022, menunjukkan rudal jelajah Zirkon diluncurkan dari fregat angkatan laut Rusia selama latihan militer. Kirgistan secara sepihak membatalkan latihan militer bersama antara enam negara yang terdiri dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, Ahad (9/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BISHKEK -- Kirgistan secara sepihak membatalkan latihan militer bersama antara enam negara yang terdiri dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, Ahad (9/10/2022). Pembatalan ini dilakukan kurang dari sehari sebelum latihan itu akan dimulai di wilayahnya.

Kementerian Pertahanan Kirgistan tidak memerinci alasan pembatalan latihan komando dan staf “Persaudaraan yang Tidak Dapat Dihancurkan-2022”. Acara itu seharusnya diadakan di dataran tinggi timur yang berangin kencang di negara itu pada Senin hingga Jumat (15/10/2022).

Baca Juga

Menurut laporan sebelumnya, latihan itu akan melibatkan personel militer dari anggota CSTO Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan, dan fokus pada pengamanan gencatan senjata. Pengamat dari lima negara bagian lainnya, termasuk Serbia, Suriah, dan Uzbekistan, juga telah diundang.

Langkah Bishkek adalah indikasi terbaru bahwa ketegangan mungkin meningkat di dalam aliansi yang terbentuk pada awal 1990-an setelah runtuhnya Uni Soviet. Bulan lalu, Armenia melewatkan latihan dua minggu yang diadakan kolektif di Kazakhstan, setelah mengkritik blok tersebut. Yerevan menilai, aliansi itu gagal secara terbuka berpihak padanya setelah pertempuran skala besar meletus di perbatasannya dengan Baku yang bukan anggota pada September.

Rusia dan negara-negara CSTO lainnya secara efektif menolak permintaan bantuan militer Yerevan, yang dikeluarkan beberapa jam setelah permusuhan dimulai. Aliansi juha membatasi tanggapan untuk mengirim misi pencarian fakta ke perbatasan. Pihak berwenang Armenia menuduh pemerintah Azerbaijan menggunakan artileri berat dan pesawat tak berawak untuk menyerang posisi tentara Armenia.

CSTO kadang-kadang berjuang untuk menentukan tujuan tepatnya, menempatkan diri sebagai mitra saingan bagi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hanya saja kegagalan untuk terlibat dalam berbagai krisis keamanan di antara para anggotanya selama bertahun-tahun telah mendorong para analis untuk mempertanyakan kelayakannya.

Musim semi lalu, blok itu memandang tanpa ekspresi ketika dua anggota, Kirgistan dan Tajikistan, terlibat dalam sengketa perbatasan berdarah. Fokus CSTO malah ditujukan lebih intens pada peningkatan kesiapan untuk potensi limpahan dari Afghanistan, yang berbatasan panjang dengan Tajikistan.

Pada bulan lalu, Rusia memiliki sekitar 5.000 tentara yang ditempatkan di negara itu, turun dari 7.000 pada Januari. Istana Kremlin telah menarik kehadiran militernya untuk mengisi kembali barisannya di Ukraina di tengah perang delapan bulan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement