REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada pagi ini, Senin (10/10/2022). Di pasar spot, mata uang garuda terkoreksi 0,15 persen atau turub 23,5 poin menjadi Rp 15.274 per dolar AS.
Pelemahan rupiah sejalan dengan penguatan indeks dolar AS pada akhir pekan lalu. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan investor mengamari data nonfarm payrolls.
Data tersebut mengindikasi kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan. Di sisi lain, imbal hasil Treasury AS yang jturun berpotensi mendorong The Fed pada akhirnya melunakkan sikap hawkishnya.
Ketua Fed Jerome Powell juga telah memperingatkan bahwa bank akan mengambil risiko gangguan ekonomi karena menaikkan suku bunga secara agresif untuk meredam inflasi. Ekonomi dunia tengah berada di bibir jurang resesi. Beberapa negara maju telah menunjukkan gejala resesi, termasuk Eropa, Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Kenaikan inflasi yang sangat tinggi di negara maju, yang diikuti respons kebijakan moneter luar biasa dan likuiditas ketat memacu capital outflow dan volatilitas di sektor keuangan.
Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi ekonomi global dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen untuk tahun ini. Sementara untuk 2023, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen.
Kondisi ini akan menekan negara berkembang, termasuk Indonesia. Implikasi jika dunia mengalami resesi, termasuk AS, Eropa dan lainnya, maka ekspor Indonesia akan terdampak karena permintaan yang turun. Jika permintaan turun, otomatis harga komoditas akan melemah.
Ibrahim memperkirakan, mata uang rupiah kemungkinan berfluktuatif pada perdagangan Senin (10/10/2022). Rupiah diproyeksi akan ditutup melemah di rentang Rp 15.240 - Rp 15.290.