Cuaca Ekstrem, BPBD Solo: Kami Menghimbau Masyarakat Sadar Bencana
Rep: C02/ Red: Muhammad Fakhruddin
Cuaca Ekstrem, BPBD Solo: Kami Menghimbau Masyarakat Sadar Bencana (ilustrasi). | Foto: Flickr
REPUBLIKA.CO.ID,SOLO –- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghimbau cuaca ekstrim akan terjadi sekitar tanggal 9-15 Oktober di daerah Jawa Tengah.
Merespon hal tersebut, kepala Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) , Nico Agus Putranto menghimbau masyarakat untuk sadar bencana terkait dampak dari cuaca ekstrim. Dengan begitu, menurutnya masyarakat akan lebih siap jika terjadi bencana.
"Kami menghimbau karena cuaca ekstrem warga masyarakat untuk sadar bencana sehingga dalam menangani bencana, membaca potensi bencana bisa mempersiapkan diri," kata Nico ketika dihubungi, Senin (10/10/2022).
Selain itu, Nico mengakui bahwa dalam beberapa hari terakhir Kota Solo memang dilanda hujan deras yang disertai angin. Bahkan ada laporan mengenai pohon tumbang di beberapa titik.
"3 hari terakhir memang terjadi hujan lebat yang disertai angin. Akibatnya ada beberapa titik di kota solo dimana terjadi pohon tumbang," terangnya.
Oleh karena itu, Nico mengatakan bahwa pihaknya akan menyiagakan personil secara 24 jam sebagai antisipasi. Bahkan, Ia juga menggandeng pihak relawan untuk saling bersinergi menghadapi kemungkinan bencana.
"Kami setiap hari 24 siaga. Totalnya ada 19 orang dan dibagi 4-5 orang setiap shiftnya. Tentunya kita kuatkan koordinasi dengan relawan atas potensi bencana. kita koordinasi SKPD terkait juga, lembaga non pemerintah kita komunikasikan untuk menangani apabila ada bencana di Kota Solo," terangnya.
Titik Rawan Bencana
Nico mengatakan bahwa pihaknya sudah memitigasi puluhan titik rawan bencana yang ada di Kota Solo. Khususnya titik yang rawan bencana banjir dan genangan diantaranya adalah sungai Premulung, Jenes, Mojo, Tipes.
"Titik yang diwaspadai sudah ada penetapan. Kita sudah ada 30 titik rawan bencana khususnya yang rawan banjir atau genangan. Tentunya bantaran sungai tentunya paling rawan karena ada luapan sungai. Juga sepanjang sungai-sungai kota ini saya mohon untuk waspada," katanya.
Nico menjelaskan bahwa ada sedikit perubahan pada titik rawan bencana tahun ini daripada 2021 lalu. Menurutnya perubahan tersebut dikarenakan adanya pembangunan drainase yang belum selesai.
"Hampir sama (titik rawan bencana) mungkin karena pembangunan drainase sampai sekarang belum selesai. (Daerah) Drainase yang sedang dibangun ini juga menjadi salah satu pemetaan kita pada daerah menjadi rawan genangan atau banjir," terangnya.
Sedangkan, pada tahun 2021 setidaknya ada 15 titik rawan bencana. Mulai dari kelurahan rawan bencana tersebut yakni, Kelurahan Sewu, Serengan, Jebres, Sangkrah, Mojo, Sumber, Kedung Lumbu, Pajang. Kemudian, Banjarsari, Semanggi, Kadipiro, Gandekan, Banyuanyar, Joyontakan, dan Joyosuran.