Selasa 11 Oct 2022 00:16 WIB

Personel Polresta Malang Kota Sujud Massal, Minta Maaf Tragedi Kanjuruhan

Ratusan Aremania dilaporkan meninggal atas kejadian tersebut.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Agus raharjo
Suasana sujud massal di halaman Polresta Malang Kota (Makota), Senin (10/10/2022). Aksi ini ditunjukkan untuk meminta maaf kepada korban tragedi Kanjuruhan.
Foto: Foto: Humas Polresta Makota
Suasana sujud massal di halaman Polresta Malang Kota (Makota), Senin (10/10/2022). Aksi ini ditunjukkan untuk meminta maaf kepada korban tragedi Kanjuruhan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tragedi Kanjuruhan telah menimbulkan duka dan haru mendalam bagi warga Malang Raya. Terlebih, ratusan Aremania dilaporkan meninggal atas kejadian tersebut.

Sebagai bagian permohonan maaf, jajarannya Polresta Malang Kota (Makota) secara tiba-tiba melakukan sujud massal. Hal ini dilakukan dalam kegiatan apel yang dipimpin oleh Kapolresta Makota, Kombespol Budi Hermanto di halaman Mapolresta Makota, Senin (10/10/2022).

Baca Juga

Kombes Pol Budi Hermanto didampingi jajaran Pejabat Utama (PJU) dan Kapolsekta Jajaran Polresta Malang Kota, melaksanakan doa bersama terlebih dahulu. Usai berdoa, dipimpin langsung olehnya seluruh peserta apel bersimpuh dan bersujud.

Hal ini dilakukan untuk memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghaturkan maaf yang terdalam kepada korban dan keluarganya serta seluruh atas tragedi Kanjuruhan.

“Mari rekan-rekan semua kita berdoa agar saudara-saudari kita, Aremania dan Aremanita, korban tragedi Kanjuruhan bisa diterima di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta kita bersama-sama memohon ampun kepada Allah SWT agar peristiwa itu tidak terjadi lagi,” tutur pria yang disapa Buher ini.

Seperti diketahui, Arema FC mengalami kekalahan saat bertemu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Kondisi ini menyebabkan dua Aremania turun ke lapangan untuk menguatkan para pemain Arema FC.

Namun kedatangan tersebut direspons kurang baik oleh tim pengamanan sehingga memicu suporter lainnya turun ke lapangan. Bukannya memberikan imbauan, tim pengamanan justru melakukan kekerasan terhadap para suporter.

Bahkan, aparat kepolisian memberikan tembakan gas air mata ke sejumlah tribun. Sejumlah suporter panik dan mencoba keluar stadion tetapi pintu ditemukan dalam keadaan terkunci. Situasi ini menyebabkan para penonton sesak napas hingga ada yang meninggal dunia di tempat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement