Senin 10 Oct 2022 19:24 WIB

3 Tanda yang Bisa Dijadikan Tolok Ukur Ikhlas dalam Beramal

Ikhlas merupakan salah satu bagian tauhid amalan hati yang berat.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Beribadah/ilustrasi. Ikhlas merupakan salah satu bagian tauhid amalan hati yang berat
Beribadah/ilustrasi. Ikhlas merupakan salah satu bagian tauhid amalan hati yang berat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ikhlas adalah pekerjaan hati yang menjadi kunci diterimanya amal saleh. Para ulama terdahulu telah memberikan penafsiran tentang apa itu ikhlas dan apa saja yang menjadi cirinya. 

Di mata sufi besar abad ketiga Hijriyah, Dzun Nun al-Mishri, terdapat tiga tanda keikhlasan, seperti dikutip dari kitab al-Adzkar karangan Imam Nawawi. 

Baca Juga

Pertama ialah ujian dan celaan orang lain itu sama saja bagi dirinya. Kedua, tidak riya dalam beramal saat sedang melaksanakan amal tersebut. Ketiga, amal yang dilakukannya hanya mengharapkan pahala di akhirat. 

Sementara itu, Abul Qasil al-Qusyairi menjelaskan, ikhlas adalah sengaja mengesakan Allah SWT dalam beribadah, yang dengan ibadah tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan karena sesuatu yang lain. 

Sesuatu yang lain itu, misalnya, berbuat sesuatu karena makhluk, berbuat kebaikan yang terpuji di sisi manusia, suka dipuji atau hal lainnya yang bukan merupakan bentuk taqqarub kepada Allah SWT. 

Abu Muhammad Sahal bin Abdullah at-Tastari juga mengemukakan tafsir cendekiawan tentang ikhlas.

Kalangan cendekiawan dalam menafsirkan ikhlas tidak lebih dari hal ini, yaitu gerak dan diamnya, baik dalam keadaan sepi dan ramai, itu hanya karena Allah SWT. 

"Tidak pula bercabang dua dengan kehendak nafsu, keinginan diri dan keinginan keduniaan," demikian perkataan Abu Muhammad Sahal bin Abdullah at-Tastari. 

Bahkan Sahal at-Tastari juga mengingatkan tentang bahaya sifat takabur. "Hamba yang takabur dengan dirinya, tidak pernah merasakan arti kebenaran." 

Al-Qusyairi juga menyampaikan hal senada. "Sifat shiddiq (benar) dalam batas minimal ialah adanya kesamaan dalam beramal baik di tengah kesepian maupun di tengah orang ramai," demikian perkataan al-Qusyairi. 

Ikhlas adalah amalan hati, dan cara melakukannya adalah dengan meluruskan atau memurnikan niat dalam beramal. Sebab, seperti sabda Nabi SAW, segala perbuatan bergantung pada niatnya. Nabi Muhammad SAW bersabda: 

إن اللَّه لا ينظر إلى أحسابكم ولا إلى أنسابكم ولا إلى أجسامكم ولا إلى أموالكم، ولكن ينظر إلى قلوبكم، فمن كان له قلب صالح تحنّن اللَّه عليه، وإنما أنتم بنو آدم، وأحبكم إليه أتقاكم

"Sesungguhnya Allah tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula pada kedudukan maupun harta kekayaanmu, tetapi Dia memandang pada hatimu. Siapa yang memiliki hati yang baik, maka Allah menyukainya. Manusia yang paling dicintai Allah ialah yang paling bertakwa." (HR Muslim dan ath-Thabrani)  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement