REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Krisis global yang terjadi saat ini berpengaruh pada kondisi pekerja di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data yang ada di Serikat Pekerja dan Dinas Tenaga Kerja Jabar, jumlah pekerja di Jabar yang di PHK dari awal tahun hingga 29 September 2022 sebanyak 43.567 orang dari 87 perusahaan.
Rinciannya, adalah Kabupaten Sukabumi ada 26 perusahaan yang mem PHK 12.188 orang. Lalu, Kabupaten Bogor ada 18 perusahaan yang mem PHK 14.720 orang, Kabupaten Purwakarta sebanyak 29 perushaaan mem PHK 3.883 orang, Kabupaten Subang 12 perusahaan mem PHK 9.626 orang, Kota Bogor satu perusahaan sebanyak 150 orang dan Kabupaten Bandung satu perusahaan mem PHK 3.000 orang.
"Ini banyak perusahaan yang sudah ada data berapa karyawan yang di PHK. Tapi, masih terus di data jadi jelasnya belum karena PHK itu kan panjangnya prosesnya," ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar, Rahmat Taufik Garsadi usai Acara Jabar Punya Informasi (Japri) dengan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Peningkatan Kesejahteraan bagi Pekerja/Buruh di Gedung Sate, Selasa (11/10/2022).
Taufik mengatakan, meskipun belum ada data pasti tapi pihaknya sudah mempunyai dasar berkaitan dengan data yang memperlihatkan perusahaan yang akan merumahkan dan sebagainya. "Itu nanti masih di data terutama di perusahaan-perusahaan yang padat karya yang orientasinya ekspor," katanya.
Menurut Taufik, perusahaan yang mem-PHK karyawan terutama perusahaan yang mengekspor produknya ke Eropa dan Amerika Serikat. Kebanyakan, perusahaan di Subang, Purwakarta dan Sukabumi. "Termasuk juga Kahatex ya, itu bukan di PHK tetapi tidak memperpanjang kontraknya. Karena ekspor kita kan buyernya (pembeli, red) mengurangi gitu ya terutama Eropa yang sekarang krisis daya beli mereka," katanya.
Padahal, kata dia, hampir semua perusahaan besar di Jawa Barat orientasinya memang ekspor ke Eropa dan Amerika. Perusahaan tersebut, perusahaan yang besar-besar. "Ribuan karyawan yang di PHK perusahaan itu memang luar biasa baru tahun sekarang ya krisis dunia," katanya.
Padahal, kata dia, dahulu Eropa dan Amerika sangat kuat. Tapi, gara-gara dipicu dua tahun pandemi kemudian dilanjutkan dengan perang Ukraina-Rusia maka mengalami krisis. "Luar biasa di Indonesia itu hanya Jawa Barat yang paling terdampak karena provinsi yang lain kebanyakan pasarnya lebih banyak pasar dalam negeri. Jawa Barat ini pasarnya memang ke Eropa sama Amerika," katanya.
Untuk mencegah semakin banyak karyawan yang di PHK, kata Taufik, pihaknya mengajak dialog seluruh owner perusahaan bersama Bipartit dan pekerja. Ia berharap, minimal pekerja ini jangan di PHK tapi lebih baik dikurangi produksinya dengan bergiliran bekerja atau seperti apa.
"Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih eksis lagi gitu ya, kemudian kita juga bersama pemerintah daerah dan pusat khususnya di kementerian perindustrian juga sudah melakukan berbagai upaya," paparnya.
Perusahaan yang terdampak terutama di bidang garmen, produk tekstil dan turunannya.