Selasa 11 Oct 2022 21:05 WIB

Puncak Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak Diprediksi Terjadi di September

Kasus gangguan ginjal akut pada anak mengalami penurunan di Oktober.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nora Azizah
Kasus gangguan ginjal akut pada anak mengalami penurunan di Oktober.
Foto: www.hippopx.com
Kasus gangguan ginjal akut pada anak mengalami penurunan di Oktober.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso memperkirakan puncak kasus gangguan ginjal akut sudah terjadi pada September lalu. Karena, pada Oktober telah terjadi penurunan kasus.

Hingga 10 Oktober, ada 14 cabang IDAI yang melaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius dengan jumlah total 131. Sebelumnya pada Agustus, ada sebanyak 35 kasus. Satu bulan kemudian, yakni pada September terjadi penambahan menjadi 71 kasus.

Baca Juga

“Oleh karena itu, ini masih perlu terus kita dalami, yang jelas angka kematiannya cukup tinggi. Tetap waspada tapi tidak perlu panik berlebihan,” tegas Piprim dalam konferensi pers secara daring, Selasa (11/10/2022).

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati menambahkan, sejak Agustus 2022, pihaknya melihat ada lonjakan kasus anak-anak yang dibawa ke rumah sakit dengan keluhan gangguan ginjal akut misterius. Menurutnya penyakit gangguan ginjal akut misterius ini sama seperti hepatitis akut misterius yang belum diketahui penyebabnya.

"Jadi gangguan ginjal akut misterius itu pasti merupakan kondisi yang ada penyebabnya. Pada anak-anak ini kami tidak menemukan penyebab yang biasanya timbul. Yang sering terjadi, gangguan ginjal akut misterius itu biasanya efek dari kehilangan cairan atau kekurangan cairan dalam waktu yang singkat," terangnya.

Gejala yang muncul, menurutnya seringkali dibarengi dengan beberapa penyakit lain, seperti saat diare, anak akan kehilangan cairan sehingga mengalami dehidrasi hebat. Gangguan ginjal akut misterius ini dapat pula terjadi pada anak yang mengalami pendarahan hebat atau dengue hebat.

“Nah kondisi-kondisi seperti itu, di mana terjadi kekurangan cairan yang masuk ke ginjal maka itu akan menyebabkan gangguan ginjal akut misterius. Ada juga yang sering menjadi penyebab adalah infeksi yang berat.”

Namun, pada anak-anak yang menjadi pasien gangguan ginjal akut misterius sekarang ini, tidak ada alasan atau penyebab yang jelas yang dikeluhkan sebelum terjadi gangguan ginjal akut. Bahkan, dalam wawancara dengan beberapa orang tua, mengeluhkan adanya penurunan jumlah urine pada anak.

“Dalam wawancara dengan orangtuanya ini tidak jelas dan cenderung tiba-tiba mengalami penurunan jumlah urine. Jadi kami belum mendapatkan penyebabnya,” terangnya.

IDAI telah melakukan investigasi data secara lengkap penyebab gangguan ginjal akut misterius. Namun, menurut Eka, berdasarkan data yang didapat belum mengarah ke satu titik. Padahal, investigasi dilakukan secara lengkap.

“Sejauh ini kami tidak mendapatkan data yang konsisten yang mengarah pada penyebab anak-anak ini mengalami gejala gangguan ginjal akut misterius ini," kata dia.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa tim kedokteran RSCM sudah turun untuk menganalisa penyakit mendadak tersebut. "Sedang diteliti dokter-dokter RSCM," kata Budi di Istana Presiden Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Budi mengaku, dirinya sudah mendengar bahwa ada kesimpulan penelitian soal kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak. Pemerintah akan mengumumkan pada pekan ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement