REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW sangat bisa diteladani, orang yang meneladani Rasulullah SAW akan mendapat kebaikan.
Namun hanya orang yang mengharap rahmat-Nya dan banyak mengingat Allah SWT yang bisa meneladani Nabi Muhammad SAW. Hal ini dijelaskan dalam tafsir Surat Al Ahzab ayat 21.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (QS Al Ahzab: 21)
Ayat ini mengandung arti, Rasulullah SAW adalah teladan bagi manusia dalam segala hal, termasuk di medan perang. Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu dalam semua ucapan dan perilakunya, baik pada masa damai maupun perang.
Namun, keteladan itu hanya berlaku bagi orang yang hanya mengharap rahmat Allah SWT, tidak berharap dunia dan berharap hari Kiamat sebagai hari pembalasan, serta berlaku juga bagi orang yang banyak mengingat Allah karena dengan begitu seseorang bisa kuat meneladani Nabi Muhammad SAW.
Menurut penjelasan Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini, Allah SWT memperingatkan orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka dapat memperoleh teladan yang baik dari Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, dan tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya sepenuhnya kepada segala ketentuan Allah SWT, dan mempunyai akhlak yang mulia.
Jika mereka bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikuti Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi, perbuatan dan tingkah laku mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengharapkan keridhaan Allah SWT dan segala macam bentuk kebahagiaan hakiki itu.