REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Otoritas Iran telah menangkap seorang pria yang diduga merupakan agen badan intelijen Israel, Mossad, Selasa (11/10/2022). Dia dibekuk di provinsi Kerman selatan.
“Orang itu berencana melakukan sabotase untuk merusak keamanan provinsi Kerman,” kata jaksa provinsi Kerman Ebrahim Hamidi saat diwawancara kantor berita Tasnim. Dia tak mengungkap secara spesifik tindakan sabotase semacam apa yang hendak dilakukan oleh tersangka.
Hamidi pun tak mengungkap kewarganegaraan dari terduga agen Mossad tersebut. Pengumuman tentang penangkapan terduga agen Mossad itu terjadi saat Iran masih menghadapi gelombang unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini.
Awal bulan ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel menjadi pengatur dan penyokong gelombang demonstrasi yang tengah berlangsung di negaranya. Dalam komentar pertamanya, Khamenei mengungkapkan, kematian Mahsa Amini merupakan insiden pahit. “Itu sangat menghancurkan hati saya,” ucapnya, 3 Oktober lalu.
Namun dia tak menaruh simpati pada kerusuhan yang terjadi selama aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini berlangsung. Menurutnya, kerusuhan tersebut memang “direncanakan”. Khamenei menuding AS dan Israel dalang di balik hal tersebut.
Oleh sebab itu, Khamenei mendukung aksi tegas aparat keamanan dalam menindak pengunjuk rasa yang melakukan kerusuhan. “Tugas pasukan keamanan kami, termasuk polisi, adalah untuk memastikan keselamatan bangsa Iran. Mereka yang menyerang polisi membuat warga Iran tidak berdaya melawan preman, perampok, dan pemeras,” kata Khamenei.
Mahsa Amini adalah perempuan berusia 22 tahun. Pada 13 September lalu, dia ditangkap polisi moral Iran di Teheran. Penangkapan tersebut dilakukan karena hijab yang dikenakan Amini dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.
Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.
Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.
Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes. Menurut kelompok Iran Human Rights, sejauh ini sedikitnya sudah 185 orang tewas selama aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini berlangsung.