Rabu 12 Oct 2022 11:51 WIB

IMF: Indonesia Jadi Penerang Saat Ekonomi Dunia Suram

Direktur IMF dan Menkeu Sri Mulyani setuju perlu mitigasi saat ekonomi dunia suram

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Keuangan Sri Mulyani bertemu dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat pertemuan tahunan IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, AS. Keduanya membahas kondisi ekonomi global yang mengalami gejolak dan ketidakpastian.
Foto: Antara/Anis Efizudin
Menteri Keuangan Sri Mulyani bertemu dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat pertemuan tahunan IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, AS. Keduanya membahas kondisi ekonomi global yang mengalami gejolak dan ketidakpastian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani bertemu Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat pertemuan tahunan IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, AS. Keduanya membahas kondisi ekonomi global yang mengalami gejolak dan ketidakpastian.

IMF menyebut Indonesia menjadi titik terang saat ekonomi dunia suram. "Indonesia remains a bright spot in a worsening global economy (Indonesia tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang memburuk)," tulis Kristalina melalui akun Instagram resmi dikutip pada Rabu (12/10/2022).

Dalam pertemuan tersebut Sri Mulyani mengatakan, Kristalina memberikan apresiasi kepada Indonesia yang meraih pertumbuhan tinggi dengan kondisi stabilitas politik dan fundamental ekonomi yang kuat. 

"Kali ini kami mendiskusikan perkembangan terkini ekonomi global dan membagi kekhawatiran yang sama terkait kondisi banyak negara karena dunia saat ini memang sedang tidak baik-baik saja," tulis Sri Mulyani melalui akun Instagram resmi @smindrawati.

Dirinya dan Kristalina sepakat, perlu ada mekanisme untuk memitigasi risiko terjadinya resesi apabila kondisi ini benar-benar berlanjut. Menurutnya, mekanisme itu harus dibuat khusus agar diterima oleh semua negara, baik negara maju dan negara berkembang.

Maka begitu, mekanisme tersebut bisa menjadi bantalan (buffer) agar negara-negara yang mengalami kesulitan dapat dibantu dan tidak terperosok ke dalam jurang krisis dan resesi ekonomi yang lebih dalam.

"Indonesia akan terus aktif mendukung dirumuskannya opsi-opsi dan langkah konkret untuk memitigasi risiko multi krisis saat ini," tulis Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyebut sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi dalam empat sampai enam bulan ke depan. Hal ini karena kesulitan akibat beban utang yang tinggi, ditambah lemahnya fundamental makroekonomi dan isu stabilitas politik.

Ironisnya, dia menilai hal tersebut terjadi tidak saja di negara berkembang, namun juga kondisi di banyak negara maju.

"Indonesia tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang memburuk," tulis Sri Mulyani.

Perekonomian Indonesia masih cukup sehat dan aman dari ancaman resesi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4 persen pada kuartal II 2022 dan inflasi yang masih terkendali di level 5,95 persen pada September lalu menjadi dasarnya.

Indonesia mencatat inflasi sebesar 5,95 persen pada September 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Angka ini di bawah perkiraan, 6,8 persen. Selain itu, utang luar negeri pemerintah juga menurun. Begitu pula dengan utang korporasi yang semakin rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement