Rabu 12 Oct 2022 12:18 WIB

Cara Syekh Ibnu Athaillah Memaknai Tujuan Penciptaan Hawa Nafsu

Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan soal hawa nafsu di kitab Al-Hikam.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Cara Syekh Ibnu Athaillah Memaknai Tujuan Penciptaan Hawa Nafsu. Foto: Jejak Syekh Athaillah
Foto: republika
Cara Syekh Ibnu Athaillah Memaknai Tujuan Penciptaan Hawa Nafsu. Foto: Jejak Syekh Athaillah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan mengapa Allah SWT menciptakan hawa nafsu. Nafsu adalah medan yang memisahkan seorang hamba dengan Allah SWT. Maka seorang hamba yang ingin mendekat kepada-Nya harus bisa melewati godaan dan rintangan dari hawa nafsu atau medan yang penuh rintangan itu.

"Jika bukan karena medan nafsu maka tidak akan ada perjalanan orang-orang yang menuju Allah SWT. Sebab tidak ada jarak yang harus ditempuh dalam perjalanan antara kamu dan diri-Nya, dan tidak ada rintangan yang harus kamu seberangi antara kamu dan

Baca Juga

diri-Nya." (Syekh Athaillah, Al-Hikam)

Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017 menjelaskan maksud Syekh Athaillah menerangkan hawa nafsu adalah medan yang harus dilalui seorang hamba untuk menuju kepada Allah SWT.

Nafsu memang akan selalu meme­rintahkan kamu melakukan perbuatan­-perbuatan yang keji dan mungkar. Nafsu tidak akan rela jika kamu berada di jalan ibadah dan ke­taatan kepada Allah SWT. Fitrah nafsu memang condong kepada perbuatan-perbuatan yang ha­ram, yang seakan-akan nikmat dan lezat. Jika kamu tidak hati­-hati maka akan celaka.

Allah SWT sengaja menciptakan nafsu untuk membentangkan jarak antara diri kamu dan diri-Nya. Ibarat dua negeri yang dipisahkan oleh padang pasir yang luas, maka negeri pertama adalah negeri tempat kamu berada. Sedangkan kamu ingin menuju negeri kedua, yaitu negeri-Nya. Maka yang bisa kamu lakukan harus melalui padang pasir ter­sebut.

Tentu di padang pasir banyak ancaman yang akan kamu hadapi, mulai dari kelaparan, kehausan, letih dan lelah, bahkan kamu harus menghadapi kematian. Orang yang tidak kuat menjalani semua itu, biasanya ia memutuskan untuk tidak melakukan perjalanan, dan me­milih menetap di negeri sendiri sambil menikmati semua yang dimiliki. Sedangkan orang yang rindu kepada Allah SWT akan siap melakukan apapun, asalkan bisa sampai ke sana, yaitu negeri yang penuh keabadian dan kenikmatan.

Begitulah kira-kira perumpamaan antara nafsu dengan Allah SWT. Allah SWT menciptakan sesuatu tidak pernah sia-sia. Se­mua ciptaan-Nya pasti ada tujuannya, walaupun ada yang kamu ketahui atau tidak.

Salah satu tujuan penciptaan nafsu adalah untuk menguji kamu. Kamu hanya memiliki dua pi­lihan, jika tidak menghadapi nafsu maka kamu harus mengikuti nafsu. Jika kamu mengikuti nafsu maka neraka siap menanti kamu. Namun, jika kamu melawannya maka surga dan kenikmatannya yang akan menunggu kamu.

Kamu adalah hamba-Nya, dan kewajiban se­orang hamba adalah berbakti kepada-Nya. Jangan biarkan diri kamu hidup dalam kegelapan. Segeralah menuju hadirat­-Nya. Sebab di sanalah tempat kenikmatan yang hakiki. Ja­ngan tertipu oleh rayuan hawa nafsu. Sebab nafsu adalah senjata setan untuk menyesatkan kamu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement