Rabu 12 Oct 2022 18:53 WIB

Lebih dari Setengah Penduduk Gaza Menderita Gangguan Mental

Gejala gangguan mental yang muncul, misalnya depresi, gugup, dan kekerasan sosial.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Seorang Palestina duduk di puing-puing rumah Asad Rifai setelah dihancurkan oleh pasukan Israel bersama dengan rumah Subhi Sbeihat, keduanya diduga melakukan serangan mematikan Mei 2022 terhadap warga Israel di kota Elad, dekat Tel Aviv , di Rummana, dekat kota Jenin, Tepi Barat, Senin, 8 Agustus 2022. Korban tewas akibat pertempuran akhir pekan lalu antara Israel dan militan Gaza telah meningkat menjadi 47, setelah seorang pria meninggal karena luka yang diderita selama kekerasan, Health Kementerian di Gaza mengatakan Kamis, 11 Agustus 2022. Lebih dari Setengah Penduduk Gaza Menderita Gangguan Mental
Foto: AP/Majdi Mohammed
Seorang Palestina duduk di puing-puing rumah Asad Rifai setelah dihancurkan oleh pasukan Israel bersama dengan rumah Subhi Sbeihat, keduanya diduga melakukan serangan mematikan Mei 2022 terhadap warga Israel di kota Elad, dekat Tel Aviv , di Rummana, dekat kota Jenin, Tepi Barat, Senin, 8 Agustus 2022. Korban tewas akibat pertempuran akhir pekan lalu antara Israel dan militan Gaza telah meningkat menjadi 47, setelah seorang pria meninggal karena luka yang diderita selama kekerasan, Health Kementerian di Gaza mengatakan Kamis, 11 Agustus 2022. Lebih dari Setengah Penduduk Gaza Menderita Gangguan Mental

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Selama lebih dari 15 tahun, penduduk Gaza, Palestina menderita kondisi hidup dan ekonomi yang memburuk akibat blokade ilegal Israel.

Melansir Al Araby, Selasa (11/10/2022), Direktur Jenderal Kesehatan Mental Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas Jamil Suleiman Ali mengumumkan lebih dari setengah penduduk Jalur Gaza menderita masalah psikologis sebagai akibat dari blokade yang diberlakukan Israel dan Mesir selama lebih dari satu dekade.

Baca Juga

Ia menjelaskan antara 50 hingga 60 persen penduduk Gaza menjadi sasaran kekerasan Israel. Hal ini berdampak pada kesehatan mental mereka.

"Ada gejala umum yang muncul pada pasien, seperti tekanan psikologis dan depresi, gugup, kekerasan sosial, introversi dan masalah lainnya,” jelas Ali.

Namun, pejabat tersebut mencatat Gaza tidak memiliki pusat khusus yang memadai untuk merawat orang yang menderita masalah kesehatan mental. “Cederanya tidak sebatas badan, tapi ada luka psikis yang berdampak negatif yang bisa lebih parah dari luka fisik,”ujar dia.

Sejak 2007, Israel telah memberlakukan blokade yang diperketat di daerah kantong pantai, rumah bagi lebih dari 2,3 juta orang. Selain itu, meluncurkan empat kampanye militer skala besar terhadap penduduk, menewaskan ribuan orang dan melukai puluhan lainnya. Akibatnya, warga Gaza menderita kondisi hidup yang sulit karena tingkat pengangguran telah mencapai 54 persen, sementara sekitar 85 persen hidup di bawah garis kemiskinan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement