REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan cendekiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengungkapkan ada sebuah isyarat singkat yang mengarah pada masalah yang dibesar-besarkan, sampai-sampai ia masuk ke dalam pembahasan buku-buku akidah dan termuat bersama pokok-pokok keimanan.
“Ia adalah masalah yang memicu perselisihan antara kalangan Ahlu Sunnah dan Syiah,” kata Nursi dalam bukunya yang berjudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 39-40.
Nursi mengatakan, kalangan Ahlu Sunnah berpendapat Imam Ali Ra merupakan khalifah yang keempat di antara para Khulafa ar-Rasyidin. Dan, Abu Bakar ash-Shiddiq Ra lebih utama dan paling berhak terhadap kekhalifahan. Karena itu, dialah yang pertama-tama menerima tongkat kekhalifahan.
Namun menurut kalangan Syiah, “Hak kekhalifahan tersebut berada di tangan Ali Ra. Hanya saja ia kemudian dizalimi. Ali lah yang paling utama dari semua khalifah yang ada.”
Menurut Said Nursi, kesimpulan dari keseluruhan argumen mereka adalah bahwa banyak sekali hadis yang menyebutkan keutamaan Sayyidina Ali ra. Ia merupakan rujukan bagi sebagian besar wali dan tarekat sufi, sehingga ia disebut sebagai Sulthanul auliya (pemimpin para wali).
Selain itu, Sayyidina Ali juga memiliki berbagai kemuliaan, baik dalam hal pengetahuan, keberanian, dan ibadah. Terlebih lagi, Rasul SAW telah memperlihatkan hubungan yang sangat kuat dengannya dan dengan ahlul bait yang berasal dari keturunannya.
“Semua itu menjadi petunjuk bahwa Ali ra adalah yang paling utama. Jadi, kekhalifahan merupakan haknya, hanya saja kekhalifahan itu kemudian dirampas darinya,” jelas Nursi.