REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pasukan keamanan dan intelijen Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran menangkap intelijen Israel di provinsi Kerman di bagian tenggara. Intel Israel ini ditangkap karena terlibat dalam kegiatan spionase untuk Israel.
"Tahanan itu terlibat dalam kegiatan spionase untuk rezim Zionis dan bermaksud melakukan tindakan anti-keamanan dan tindakan sabotase di provinsi itu," kata Kepala Departemen Kehakiman di Kerman, Hojjatoleslam Ebrahim Hamidi, seperti dilansir laman Fars News, Rabu (12/10/2022).
Hamidi menambahkan, rencana berhasil digagalkan karena adanya kewaspadaan dari Organisasi Intelijen IRGC. Iran menutup identitas mata-mata Israel. Namun dipastikan bahwa mata-mata tersebut menyamar sebagai seorang pebisnis.
"Dia telah melakukan perjalanan ke berbagai negara dengan tujuan mentransfer informasi dan menerima pelatihan dari operator Israel untuk operasi sabotase," kata Hamidi.
Dia menunjukkan tujuan terakhir mata-mata Israel itu sebelum akhirnya ditangkap di Erbil, ibu kota wilayah semi-otonom Kurdistan Irak. Mata-mata Israel ini menggunakan platform media sosial dan perangkat lunak terenkripsi untuk berkomunikasi dengan agen mata-mata dan militer rezim Israel.
Tahanan itu, juga bermaksud meninggalkan negara itu untuk bertemu dengan seorang agen Israel di salah satu negara regional dan menerima misi baru, tetapi dia ditangkap sebelum meninggalkan negara itu.
Panglima Angkatan Darat Iran Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi menyampaikan, Angkatan Bersenjata Iran tidak akan membiarkan campur tangan asing dan agresi terhadap negara itu.
Dia menegaskan, semua cabang Angkatan Bersenjata Iran saling mendukung dan membentuk garis depan bangsa untuk melindungi keamanan negara dan menangkal ancaman.
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian, mengatakan rezim pendudukan Israel adalah musuh nomor satu bagi dunia Muslim.
"Kami menganggap rezim palsu Israel sebagai musuh nomor satu umat Islam dan dunia Islam," kata Amir Abdollahian.
Diplomat senior Iran itu juga memuji dukungan Turki atas perjuangan Palestina, dan meyakini bahwa Turki tidak pernah menjauhkan diri dari dukungan Palestina dan pembebasan Al Quds dan Masjid Al Aqsa.
"Kami dengan jelas menyuarakan kepekaan dan pertimbangan kami tentang gerakan rezim Zionis dan fakta bahwa ke mana pun mereka pergi, Zionis telah menjadi sumber krisis dan ketidakamanan," ungkapnya.
Sumber: farsnews