REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Kamis (13/10/2022), negaranya memiliki tujuan untuk menghentikan pertumpahan darah dalam perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung sesegera mungkin. Meskipun Erdogan mengakui, untuk menyelesaikan konflik tersebut terdapat rintangan.
"Tujuan kami adalah untuk melanjutkan momentum yang diperoleh meskipun ada kesulitan di lapangan dan untuk menghentikan pertumpahan darah sesegera mungkin," kata Erdogan pada KTT keenam dari Konferensi tentang Interaksi dan Tindakan Membangun Kepercayaan di Asia (CICA) di Astana, ibukota Kazakhstan, dikutip dari Anadolu Agency.
Erdogan menyatakan, upaya intensif Turki dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kedua pihak dalam konflik untuk mengekang dampak negatif perang telah mendapat apresiasi dari seluruh dunia. Dia mengatakan, kesepakatan biji-bijian Istanbul atau dikenal dengan Black Sea Grain Initiative dicapai Juli dan pertukaran tahanan pada September antara Rusia dan Ukraina merupakan pencapaian nyata ke arah penghentian pertempuran.
Dukungan Erdogan ini sebelumnya telah diduga oleh Penasihat Kebijakan Luar Negeri Istana Kremlin Yuri Ushakov. Dia menyatakan, Rusia yakin Turki akan secara resmi menawarkan diri menjadi negosiator dengan Ukraina.
"Turki menawarkan mediasi. Jika ada pembicaraan yang terjadi, maka kemungkinan besar akan berada di wilayah mereka, yaitu di Istanbul atau Ankara. (Presiden Recep Tayyip) Erdogan mungkin akan mengusulkan sesuatu secara resmi," kata Ushakov dikutip dari TASS.
Ajudan dari Presiden Rusia Vladimir Putin ini menyatakan, beberapa inisiatif sedang dibahas. “Mereka mengatakan sekarang bahwa Turki kemungkinan akan datang dengan inisiatif lain untuk resolusi konflik Ukraina," ujarnya.
Ushakov pun mengakui peran Ankara telah cukup berhasil menjadi penengah masalah antara Moskow dan Kiev sebelumnya. Dia menyinggung tentang keberhasil Turki membuka kembali pengiriman biji-bijian dari tiga pelabuhan Ukraina dan keterbukaan ekspor terhadap pupuk dari Rusia.
Menurut Ushakov, hubungan Putin dan Erdogan pun hingga saat ini masih sangat baik. Kondisi itu berasal dari keputusan Turki tidak bergabung dalam serangkaian sanksi yang dilakukan oleh Barat.
"Fakta bahwa Turki mengambil sikap seperti itu memberikan dorongan tambahan untuk perluasan perdagangan dan kemitraan ekonomi,” kata Ushakov.