REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Romeo Strategic Consulting, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, menegaskan bahwa satuan kavaleri akan selalu relevan dan kehadiran drone atau pesawat nir-awak tidak serta-merta meniadakan satuan kavaleri.
"Meskipun drone di Ukraina sukses menghajar lebih dari 2.435 tank Rusia, tetapi kehadiran drone tidak serta-merta meniadakan satuan kavaleri," kata Iftitah ketika menyampaikan paparan dalam webinar bertajuk "Tantangan Kavaleri dalam Perang Modern", yang disiarkan di kanal YouTube ISDS Indonesia, dipantau dari Jakarta, Rabu (13/10/2022).
Iftitah menjelaskan bahwa pasukan kavaleri adalah manuver pasukan darat, sementara drone adalah komponen airline battle. Untuk menduduki dan menguasai suatu wilayah daratan, tutur Iftitah, tentu yang dibutuhkan adalah pasukan darat.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa tidak semua negara memiliki kecanggihan drone. Baik senjata drone maupun antidrone masih termasuk sebagai barang yang mahal. Terlebih, guna mengendalikan drone, dibutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni.
"Tantangannya tidak mudah," ucap Iftitah.
Iftitah juga mengacu kepada pengalaman masa lalu dengan membandingkan tank dan pasukan berkuda. Untuk jalan-jalan sempit dan tertutup, kehadiran pasukan berkuda tetap dibutuhkan meskipun sudah terdapat tank. Hal ini, bagi Iftitah, menunjukkan bahwa tank tidak lantas meniadakan kehadiran pasukan berkuda.
"Jadi, kehadiran teknologi sifatnya saling melengkapi, bukan saling meniadakan," ujar Iftitah.
Adapun yang menjadi tantangan bagi satuan kavaleri untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman adalah bagaimana kavaleri dapat terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
"Disesuaikan dengan misi dan kondisi medan yang dihadapi, diimbangi oleh peningkatan kapasitas SDM para prajurit nya. Selama satuan kavaleri bisa menjawab tantangan itu, maka kita tidak perlu khawatir soal relevansi nya. Satuan kavaleri akan selalu relevan dengan perkembangan zaman," tutur Iftitah.