REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis mata dr. Andito K. Adisasmito, Sp.M mengajak orang tua untuk menyadari pentingnya memantau tahapan perkembangan penglihatan pada anak sejak dini sehingga dapat mencegah risiko ambliopia atau mata malas di kemudian hari. "Di Hari Penglihatan Sedunia ini, yuk, kita makin aware dan makin peduli sama kesehatan penglihatan anak-anak kita dengan mengetahui anak-anak kita tahapan perkembangan penglihatannya sampai mana, apakah mereka perlu dibantu atau tidak," kata dokter lulusan Universitas Indonesia itu dalam diskusi virtual diikuti di Jakarta, Kamis (14/10/2022).
Dokter dari Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita itu, menjelaskan penglihatan sejak bayi lahir hingga beberapa bulan selanjutnya berkembang secara bertahap. Orang tua perlu memastikan tahap demi tahap tersebut untuk dapat tercapai sesuai dengan usia sang anak.
"Misalnya anak satu bulan atau tiga bulan, harapannya sudah bisa mencari cahaya, benda, atau wajah orang tuanya. Kemudian bisa mengikuti pergerakan dari cahaya. Jika itu tidak terjadi, ditunggui sampai anak usia tiga bulan tidak terjadi, kecurigaannya sudah pasti mulai ada," kata Andito.
Kondisi penglihatan yang tidak maksimal sesuai dengan perkembangan usia anak, apabila dibiarkan maka berpotensi terjadinya mata malas atau ambliopia.
Andito mengatakan, mata malas merupakan gangguan perkembangan penglihatan yang terjadi dalam masa perkembangan anak. "Taraf kemampuan penglihatannya tidak sesuai seperti seharusnya. Di usia berapa dia harusnya bisa apa, tapi dia tidak mencapai itu karena stimulasi penglihatan yang tidak optimal," katanya.
Ia menambahkan bahwa mata malas juga mengganggu perkembangan anak secara keseluruhan mengingat pengetahuan manusia mayoritas didapatkan melalui indera penglihatan. Kondisi mata malas, imbuhnya, kerap tidak disadari hingga dewasa.
Ia menjelaskan, gangguan mata malas disebabkan oleh tiga kondisi yang ia sebut sebagai 'SOS' (Spectacle, Occlusion, dan Strabismus) atau jika diterjemahkan yaitu gangguan refraksi, gangguan penglihatan yang seperti tertutup sesuatu, dan gangguan mata juling. Dengan mengetahui tahapan perkembangan penglihatan, diharapkan pencegahan dan penanganan sejak dini lebih mudah dilakukan sehingga gangguan penglihatan tidak berujung pada kondisi mata malas.
"*Bukan berarti tidak ada tanda dan gejala. Tapi kalau kita menunggu tanda kelainan kacamata, misalnya, menunggu kelainan separah tertentu hingga dia segitu sulitnya melihat, ya itu sudah masalah. Jangan nunggu masalahnya sebesar itu," katanya.
Andito mengatakan, mata malas dapat disembuhkan dengan memberikan stimulasi penglihatan yang baik ketika anak masih dalam masa perkembangan. Namun, mata malas juga dapat kambuh kembali apabila anak tidak mendapatkan stimulasi penglihatan yang optimal.
"Kalau kita memberikan stimulasi penglihatannya di usia yang masih dalam masa perkembangan, masih bisa. Golden periodenya sampai usia satu tahun dan masih bisa dikejar sampai usia 18 tahun," katanya.