REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di dalam Kitab Tafsir Al Munir, Karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Surah Ar-Rahman dinamai karena surah ini dibuka dengan salah satu Asmaul Husna, yaitu ar-Rahmaan. Kata ini merupakan bentuk lsim mubaalaghah dari kata ar-Rahmah.
Bahkan kata ini lebih kuat dari kata ar-Rahiim. ar-Rahmaan maknanya adalah Yang mengaruniai nikmat-nikmat besar dan kepada semua makhluk. Adapun ar-Rahim, maknanya adalah Yang memberi nikmat-nikmat kecil dan pemberian itu adalah pemberian yang khusus kepada kaum Mukminin.
Karakteristik surah ar-Rahmaan tidak beda jauh dengan surah-surah Makkiyyah lainnya yang bercirikan ayat-ayatnya yang pendek, daya tekan serta nuansa penuh kekhidmatan yang sangat kuat. Temanya tidak jauh dari masalah pokok-pokok aqidah, yaitu tauhid, tanda-tanda kuasa llaahi, kenabian dan wahyu, hari Kiamat beserta apa yang ada di dalamnya berupa surga, neraka, nikmat dan kesenangan, kengerian-kengerian, trageditragedi dan berbagai macam kesulitan di dalamnya.
Pada bagian awal surah, Allah SWT berkali-kali menyebut berbagai nikmat-Nya yang agung, dan nikmat agung yang paling utama adalah nikmat agama dan wahyu, penurunan Al-Quran dan pengajarannya kepada para hamba-Nya.
Kemudian, dilanjutkan dengan penjelasan tentang penciptaan manusia, supaya diketahui dan disadari bahwa manusia diciptakan tidak lain adalah untuk agama serta mengambil faedah dari wahyu dan Kitabullah.
Kemudian Allah SWT menjelaskan apa yang menjadi ciri khas manusia yang membedakannya dari makhluk hidup lainnya, yaitu al-Bayaan yang maksudnya adalah kemampuan berbicara dengan fasih yang bisa mengungkapkan apa yang ada dalam hati dan pikiran.
Kemudian, Allah SWT menerangkan sejumlah nikmat terbesar yang ada di alam ini yang menjadi pangkal dan pokok nikmat-nikmat lainnya. Hal itu ditambah lagi dengan penyebutan tanda dan bukti akan kuasa-Nya yang luar biasa. Kemudian, alam semesta yang indah dan megah ini pun akan berakhit dan itu adalah sesuatu yang pasti, dan tiada yang kekal melainkan Tuhan Yang Mahahidup lagi senantiasa terus-menerus mengurus makhluknya.
Pemandangan yang sangat memilukan itu berbanding terbalik dengan pemandangan kenikmatan dan kesenangan di dalam surga yang abadi bagi golongan yang beriman dan golongan kanan yang takut dengan kedudukan Tuhannya.