Jumat 14 Oct 2022 09:35 WIB

Kenya Bantah Gagal Bayar Bunga Pinjaman dari China

China membiayai 90 persen proyek jalur kereta api dari Mombasa.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah pekerja memperbaiki rel kereta. Pemerintah Kenya membantah kabar yang menyebut mereka gagal membayar bunga pinjaman dari China.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Sejumlah pekerja memperbaiki rel kereta. Pemerintah Kenya membantah kabar yang menyebut mereka gagal membayar bunga pinjaman dari China.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Pemerintah Kenya membantah kabar yang menyebut mereka gagal membayar bunga pinjaman dari China. Dana dari Beijing itu digunakan untuk membangun jalur kereta api dari kota pelabuhan Mombasa yang dibuka pada 2017.

“Kami ingin menyatakan dengan tegas bahwa Kenya tidak pernah gagal dalam penyelesaian kewajiban pembayaran utangnya kepada krediturnya,” kata Menteri Keuangan Kenya Ukur Yatani dalam sebuah pernyataan, Kamis (13/10/2022).

Baca Juga

Dia pun menekankan tidak perlu ada kekhawatiran. Sebab Kenya sering menjalani tinjauan peringkat kedaulatan independen yang dipublikasikan secara luas. “Belum pernah Kenya ditandai sebagai negara yang gagal memenuhi kewajiban utang luar negerinya,” ujar Yatani.

Pembangunan jalur kereta api dari Mombasa memakan dana senilai 5 miliar dolar AS. Proyek tersebut dikenal dengan nama Standard Gauge Railway (SGR). China membiayai 90 persen dari total nilai proyek. Harian Bisnis Kenya sempat melaporkan bahwa pemerintah telah gagal membayar bunga pinjaman pada tahun keuangan yang berakhir pada Juni. Kegagalan pembayaran itu memunculkan denda senilai 1,31 miliar shilling Kenya atau sekitar 10,8 juta dolar AS.

SGR adalah proyek infrastruktur terbesar Kenya sejak negara tersebut merdeka dari Inggris pada 1963. SGR diluncurkan sebagai rencana induk oleh para pemimpin Afrika Timur untuk menghubungkan negara mereka dengan kereta api. SGR dibangun dari Mombasa melintasi ibu kota Nairobi, kemudian ke kota Lembah Rift Naivasha. Proyek SGR direncanakan untuk akhirnya menghubungkan Uganda, Rwanda, Sudan Selatan, Burundi dan Ethiopia.

Kereta api itu akan dikelola oleh kontraktor China selama lima tahun sebelum diserahkan kepada pemerintah Kenya. Namun proyek tersebut telah membukukan kerugian. Para analis khawatir tren itu dapat berlanjut setelah presiden yang baru terpilih bulan lalu, William Ruto, membalikkan kebijakan yang mewajibkan kargo untuk menggunakan kereta api.

China adalah pemberi pinjaman terbesar kedua di Kenya setelah Bank Dunia. Beijing telah mendanai sejumlah proyek infrastruktur mahal di negara tersebut. Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Nairobi mengambil lebih banyak utang daripada yang mampu mereka bayar. Beban utang publik Kenya pada Juni mencapai 8,6 triliun shilling (71,1 miliar dolar AS), naik 11,5 persen dari tahun sebelumnya, menurut angka pemerintah.

Pembayaran bunga pinjaman telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu karena nilai shilling dengan cepat melemah terhadap mata uang internasional.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement