Jumat 14 Oct 2022 11:32 WIB

Lebih dari 50 Persen Pasukan Pendudukan Israel Beroperasi di Tepi Barat

Israel menutup pintu masuk dan melakukan penggerebekan sepanjang waktu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Tentara Israel mengambil posisi selama bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina di kota Hebron, Tepi Barat, 12 Oktober 2022. Warga Palestina menyerukan protes dan pemogokan umum di kota-kota Tepi Barat, termasuk Hebron, dalam solidaritas dengan warga Palestina di kamp Shufat Yerusalem, di mana lebih dari 100.000 orang-orang telah berada di bawah pengepungan ketat tentara Israel selama empat hari karena penutupan pos pemeriksaan.
Foto: EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
Tentara Israel mengambil posisi selama bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina di kota Hebron, Tepi Barat, 12 Oktober 2022. Warga Palestina menyerukan protes dan pemogokan umum di kota-kota Tepi Barat, termasuk Hebron, dalam solidaritas dengan warga Palestina di kamp Shufat Yerusalem, di mana lebih dari 100.000 orang-orang telah berada di bawah pengepungan ketat tentara Israel selama empat hari karena penutupan pos pemeriksaan.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Lebih dari setengah pasukan pendudukan Israel beroperasi di kota-kota Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan, operasi militer dilakukan karena ada kebutuhan untuk mengintensifkan upaya ofensif dan defensif terhadap penduduk Palestina, serta operasi untuk mencegah hasutan terorisme di jejaring sosial.

"Kami berada dalam masa tegang, dan kadang-kadang juga menyakitkan. Kami hadir dalam kegiatan militer skala besar. Sebanyak 50 persen pasukan keamanan saat ini beroperasi di Yudea dan  Samaria (wilayah pendudukan Tepi Barat)," ujar Gantz, dilansir Middle East Monitor, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga

Gantz mengatakan, sangat penting untuk memiliki kesiapan yang tepat di semua titik gesekan. Bahkan jika diperlukan, tentara Israel akan memperluas operasinya.

Pernyataan Gantz muncul saat otoritas pendudukan terus memaksakan pengepungan di kamp pengungsi Shuafat dan Kota Anata. Israel menutup pintu masuk dan melakukan penggerebekan sepanjang waktu ke rumah dan toko. Mereka juga menindas penduduk Palestina, serta menargetkan  mereka dengan air limbah dan bom gas.

Aktivis dan komite di daerah itu memperingatkan bahwa persediaan makanan pokok akan habis jika pengepungan berlanjut. Bahkan perusahaan tidak diizinkan masuk untuk mengirimkan barang. Dalam sebuah wawancara dengan Ynet News, Gantz juga menyoroti aktivitas Lions' Den, sebuah kelompok perlawanan Palestina bersenjata yang beroperasi di Kota Nablus.

"Nablus, terutama Kota Tua, dan daerah Jenin adalah tantangan terbesar. Oleh karena itu, kami telah memperkuat kekuatan dan upaya intelijen, ofensif dan defensif di sekitar Nablus," kata Gantz.

Lebih dari 170 warga Palestina telah tewas tahun ini. Sementara empat lainnya tewas akhir pekan lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement